INDRAMAYU– PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), anak usaha PT PLN (Persero) di sektor pembangkitan, membuat inovasi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indramayu di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Selaku pengelola PLTU berkapasitas 3X330 megawatt (MW), PJB memanfaatkan sisa hasil pembakaran batu bara di PLTU Indramayu berupa fly ash dan bottom ash untuk dikelola menjadi paving block.

“Produksinya memang belum terlalu besar, kami bisa produksi 500 paving setiap hari. Hasil dari paving block digunakan untuk kegiatan CSR (corporate social responsibility) kepada warga sekitar pembangkit,” ujar Ubaedi Susanto, General Manager PT PJB Unit Bisnis Jasa Operasi dan Pemeliharaan PLTU Indramayu, Sabtu (18/1).

Karyawan PLTU Indramayu mengecek operasi turbin dan boiler pembangkit. (foto: dudi rahman/dunia-energi)

Ubaedi mengatakan, PLTU Indramayu membutuhkan pasokan batu bara setiap tahun sebesar 3,7 juta ton. Batubara untuk pembangkit ini merupakan campuran (blending) batu bara jenis medium dan low rank. “Kami menerima pasokan batubara dari PLN. Batu baranya berasal dari Kalimantan, ada juga yang dari Sumatera Bagian Selatan,” ujarnya.

Selain paving block, PLTU Indramayu saat ini menguji coba penggunaan pelet kayu (wood pellet) sebagai campuran batubara untuk menghasilkan listrik. Setiap hari PLTU Indramayu rata-rata membutuhkan 4.000 ton batubara per unit sehingga total jika tiga unit beroperasi kebutuhan mencapai 12.000 ton. Dengan pemanfaatan pelet kayu diharapkan dapat menurunkan penggunaan batubara.

“Saat ini masih tahapan ujicoba. Tempo hari kami sudah mencoba untuk mencampurkan 5% pelet, dan hasilnya cukup memuaskan,” katanya.

Ubaedi menyebutkan sasaran inovasi penggunaan pelet ini tidak hanya untuk menghemat biaya pokok penyediaan, tetapi juga menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Inovasi ini juga bisa mengurangi sampah dan emisi yang saat ini masih menjadi masalah di beberapa daerah.

Di luar inovasi penggunaan bahan bakar batu bara, menurut Ubaedi, PLTU Indramayu juga berkomitmen mendukung pertanian di wilayah tersebut. Apalagi, Indramayu adalah salah satu daerah penghasil beras terbesar di Jawa Barat. Manajemen PLTU Indramayu mendorong masyarakat untuk menggunakan pupuk organik melalui berbagai pelatihan dan pembinaan.

“Sebelumnya masyarakat khawatir kalau pakai pupuk organik hasilnya berkurang, ternyata sama dengan menggunakan pupuk sintetis, padahal biaya operasional menggunakan pupuk organik lebih murah. Sekarang banyak masyarakat yang ikut tertarik,” ujarnya.

PLTU Indramayu sisi utara berbatasan langsung dengan pantai utara pulau Jawa. Di sisi lainnya, pembangkit ini dikelilingi oleh hijaunya persawahan.

Komitmen manajemen PLTU Indramayu dalam pengembangan lingkungan dan masyarakat di sekitar wilayah operasi pembangkit diganjar dengan penghargaan PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2019. PROPER adalah program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang dikembangkan oleh KLHK 1995. Program ini dilakukan untuk mendorong perusahaan meningkatkan pengelolaan lingkungannya.

Hasil uji coba pelet di PLTU Indramayu. (foto: dokumentasi PJB Unit Bisnis Jasa Operasi dan Pemeliharaan PLTU Indramayu).

PROPER Hijau diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan oleh KLHK. “Tahun depan kami menargetkan dapat PROPER Emas. Memang perlu effort ekstra, termasuk dalam implementasi program,” ujar Ubaedi.

Selain PLTU Indramayu, terdapat 16 pembangkit PLN yang mendapat PROPER Hijau, yaitu PLTGU Priok, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTP Gunung Salak, PLTU Suralaya 8, PLTU Paiton 9, PLTGU Tambak Lorok, PLTGU Muara Tawar, PLTU Rembang, PLTG Gilimanuk, PLTGU Perak Grati, PLTG Pemaron, PLTU Lontar, PLTGU Keramasan dan PLTU Labuan.
Bahkan lima pembangkit PLN berhasil mendapatkan PROPER emas, yaitu PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Tanjung Jati B, Jepara yang dikelola langsung oleh PLN, PLTU Paiton Unit 1 – 2, Probolinggo dan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap) Gresik yang dikelola oleh PJB, serta PLTDG (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas) Pesanggaran, Denpasar dan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Kamojang Darajat, Kabupaten Bandung yang dikelola oleh IP.

PROPER Emas menjadi penghargaan tertinggi yang diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan melakukan upaya pengembangan masyarakat secara berkelanjutan. (DR)