JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) secara resmi telah memulai proses lelang reguler Wilayah Kerja (WK) atau blok migas konvensional tahap III 2019, awal pekan lalu. Proses tersebut melengkapi sejumlah lelang blok yang sebelumnya telah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi hulu migas nasional.

Namun, perbaikan daya saing migas Indonesia untuk meningkatkan cadangan migas nasional dinilai belum cukup dibuktikan dari banyaknya jumlah blok migas yang berhasil dilelang pemerintah. Peningkatan kegiatan eksplorasi dan optimalisasi produksi migas justru menjadi hal penting yang harus dipastikan terjadi.

Nadia Nirsal, Senior Geologist Mubadala Petroleum, mengatakan pihaknya saat ini sedang menyiapkan program kerja eksplorasi setelah mendapatkan kontrak Blok Andaman I pada 2018. “Program yang Mubadala ajukan secara keseluruhan untuk Andaman I baru dikerjakan tahun ini. Untuk Blok South Andaman, baru tahun ini diberikan pengelolaannya kepada kami, sehingga progress-nya baru proses pengadaan awal,” kata Nadia, Kamis (1/8).

Salah satu blok eksplorasi yang telah sukses dan akan dikembangkan, yaitu Blok Sakakemang di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan keterangan resmi Repsol, perusahaan migas global tersebut berhasil menemukan cadangan gas bumi sekurang-kurangnya dua trillion feet cubic pada Februari 2019. Repsol diketahui memiliki beberapa WK lainnya di Pulau Sumatera, baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore).

Bagi para investor, tantangan terbesar untuk mengembangkan sebuah wilayah kerja migas sejatinya bergantung pada tingkat keekonomian dan risiko eksplorasi yang ada pada proyek tersebut.

Tingginya risiko eksplorasi dan disertai dengan keekonomian proyek yang kurang memadai dapat membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berpikir ulang untuk melakukan eksplorasi demi mencari cadangan migas baru. Sebagai contoh, keputusan BP Indonesia mengembalikan wilayah kerja di Blok West Aru I dan Blok West Aru II, Laut Arafura, Provinsi Maluku, pada 2016.

Perusahaan asal Inggris ini mendapatkan hak pengelolaan blok eksplorasi dari pemerintah pada 2011. Empat tahun berselang, setelah BP Indonesia menunaikan komitmen eksplorasinya, perusahaan akhirnya mengembalikan blok migas yang dikelolanya kepada pemerintah.

Leonardus Tjahjadi, Manager Exploration BP Indonesia, mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan komitmen pasti pada Blok West Aru I dan Blok West Aru II dan dilanjutkan dengan pengembalian kepada pemerintah pada 2015 dan disetujui 2016. Setelah pengembalian, BP Indonesia menyatakan tidak memiliki rencana khusus dalam pengembangan Blok West Aru I dan II.

“Hasil evaluasi kami menunjukkan cukup banyak tantangan dari aspek teknis maupun komersial. Kami telah memenuhi semua komitmen pasti dari kedua wilayah kerja tersebut dengan melakukan akuisisi survei seismic 3D seluas 5,000 km2, yang merupakan salah satu survei seismik terbesar di Indonesia hingga saat ini,” kata Leonardus.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sebelumnya mengatakan optimis terhadap investasi hulu migas akan terus meningkat. Hingga 2027, setidaknya ada 42 proyek utama migas yang akan dilaksanakan dengan total investasi mencapai USD 43,3 miliar. Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta BOE, mencakup minyak bumi sebesar 92,1 ribu barel oil dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari.

“Empat di antaranya merupakan proyek strategis nasional (PSN) hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat,” ujar Dwi.

Menurut Dwi, hingga 30 Juni 2019 ada sebanyak 13 persetujuan rencana pengembangan lapangan (POD) sudah disetujui dan memberikan potensi tambahan cadangan migas sebesar 132 juta setara barel minyak (MMboe). Jumlah tersebut secara akumulasi menghasilkan rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) sebesar 23,85 persen dari target APBN 2019 sebesar 100 persen.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan untuk mendukung eksplorasi migas ke depan, pihaknya telah menentukan 10 wilayah prospektif. Kesepuluh wilayah potensial antara lain, di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.

“Sebanyak 10 wilayah ini disusun tidak berdasarkan urutan yang paling bagus mana, semua punya potensi dan SKK Migas sudah mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan yang paling baik, terkait final investment decision (FID) untuk melakukan pengeboran eksplorasi,” kata Wisnu.

Selain itu, SKK Migas saat ini sedang melakukan proses evaluasi hasil pengeboran sumur dan evaluasi skenario pengembangan lapangan 10 wilayah migas prospektif tersebut. Tahapan selanjutnya ditentukan dari hasil evaluasi tersebut.(RA)