JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap restrukturisasi dengan pembentukan subholding di PT Pertamina (Persero) harus memberikan dampak positif, terutama pada bisnis hulu. Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan keberadaan Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding hulu seharusnya bisa memangkas alur birokrasi yang selama ini menjadi masalah di Indonesia, termasuk di bisnis hulu Pertamina.

“Berkaitan degan restrukturisasi Pertamina, saya sudah menyampaikan di beberapa kesempatan. Dibangunnya subholding, khususnya di hulu migas dengan melahirkan PHE diharapkan kecepatan di dalam pengambilan keputusan di hulu bisa ditingkatkan,” kata Dwi dalam diskusi virtual Kamis, (2/7).

Selain itu, ketika sudah memiliki struktur organisasi baru di hulu maka fokus investasi tidak boleh dikurangi. Mantan direktur utama Pertamina itu juga berharap PHE bisa meningkatkan kinerja Pertamina di bisnis hulu. “Investasi bisa lebih ditingkatkan,” tukas Dwi.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan pembentukan subholding hulu dilakukan dengan harapan pengelolaan wilayah kerja atau blok migas akan berjalan lebih efisien. Restrukturisasi bisa meningkatkan sinergi anak perusahaan Pertamina yang selama ini banyak mengelola blok migas yang tersebar di seluruh tanah air.

Selama ini, lanjut Nicke ada kesan setiap anak perusahaan hulu bekerja sendiri-sendiri. Ini bisa dilihat dari kesulitannya perusahaan mendapatkan beberapa alat seperti rig. Dulu setiap anak perusahaan Pertamina bahkan saling bersaing untuk mendapatkan jatah sewa rig. Ini mengakibatkan pengadaan rig sering terlambat. Kini dengan adanya sinergi maka satu entitas hanya perlu melakukan pengadaan sekaligus untuk selanjutnya tinggal digunakan para anak perusahaan.

“Lebih ke internal how to manage our asset, tidak sendiri-sendiri, sehingga resource bisa disinergikan, pemakaian alat disinergikan,” kata Nicke.

Untuk bisnis hulu Pertamina membagi wilayah kerjanya menjadi lima regional. Regional I atau Sumatera ditunjuk Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang menjadi pengelola dengan jatah pengelolaan aset hulu yang dikelola PHR, padahal sebelumnya hanya mengelola blok Rokan. Namun sekarang ada beberapa aset limpahan dari Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi (PHE) diantaranya lapangan Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, Prabumulih, Limau, Pendopo, serta lapangan Adera. Kemudian ada aset NSO, NSB, WG Kambuna, Siak, Kampar, Jambi Merang, Ogam Komering, Raja Tempirai, Corridor, Ramba, CP Pekanbaru dan Jabung.

Regional II atau Jawa dikelola oleh PT Pertamina EP yan terdiri dari lapangan Tambun, Subang, Jatibarang, blok East Natuna, Blok A, blok Offshore North West Java (ONWJ), Abar, Anggursi dan Offshore Southeast Sumatera (OSES).

Regional III atau Kalimantan dikelola oleh PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) dengan aset lapangan Tanjung, Sangata, Sanga Sanga, Bunyu, Tarakan, Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Kalimantan (PHKT), Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), East Sepinggan, Maratua, Nunukan, Simenggaris, Ambalat, Bukat.

Regional IV atau East Indonesia dikelola oleh PT Pertamina EP Cepu terdiri dari Donggo Matindok, Senoro Toili, Makassar Strait, Tomori, Papua, Salawati, Salawati (Kepala Burung), Babar Selaru, Semai IV, Adk, Cepu, Poleng, WMO, Randugunting JTB, Banyu Urip, Sukowati dan Tuba East Java.

Serta Regional V dikelola PT Pertamina Internasional EP mengelola aset luar negeri seperti di Algeria, Iraq, serta aset yang ada di Malaysia.(RI)