TOKYO- Harga minyak di perdagangan Asia pada Senin (25/7/2022) melanjutkan penurunan beruntun baru-baru ini. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor bahwa perkiraan kenaikan suku bunga di AS, pengguna minyak terbesar dunia, dapat membatasi pertumbuhan permintaan bahan bakar minyak.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September 2022 turun US$48 sen atau 0,5%, menjadi diperdagangkan di level US$102,72 per barel pada pukul 02.05 GMT, merosot untuk hari keempat.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September 202 terpangkas US$65 sen atau 0,7%, menjadi diperdagangkan di US$94,05 per barel, juga turun untuk hari keempat.

“Nada pasar kemungkinan akan tetap bearish di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga akan memangkas permintaan bahan bakar global dan dimulainya kembali beberapa produksi minyak mentah Libya akan mengurangi ketatnya pasokan global,” kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

Minyak berjangka telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir karena para pedagang mencoba untuk menyesuaikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dapat membatasi kegiatan ekonomi, dan dengan demikian memotong pertumbuhan permintaan bahan bakar, terhadap pasokan yang ketat dari gangguan dalam perdagangan barel Rusia karena sanksi Barat di tengah konflik Ukraina.

Pejabat di Federal Reserve AS telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.

Di sisi pasokan, National Oil Corporation (NOC) Libya bertujuan untuk mengembalikan produksi menjadi 1,2 juta barel per hari (bph) dalam dua minggu, NOC mengatakan dalam sebuah pernyataan Sabtu (23/7) pagi.

Pekan lalu, Uni Eropa mengatakan bahwa mereka akan mengizinkan perusahaan milik Pemerintah Rusia untuk mengirimkan minyak ke negara-negara ketiga di bawah penyesuaian sanksi yang disepakati oleh negara-negara anggota pekan lalu, yang bertujuan membatasi risiko keamanan energi global. (RA)