JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong penggunaan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) untuk meningkatkan kepasitas pembangkit listrik ke depan. Hal itu dimungkinkan sambil menunggu kesiapan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Kita harapkan dalam masa transisi ini, atau sebelum pembangkit energi bersih terbarukan masuk, bisa diisi dulu dengan memanfaatkan gas. Emisi yang dikeluarkan dari PLTGU ini lebih rendah jika dibandingkan dengan yang memakai batubara kurang lebih setengahnya,” ujar Arifin Tasrif, Menteri ESDM, di Jakarta, Selasa (17/5).

Menurut Arifin Indonesia akan berupaya mencapai target Net Zerro Emission di  2060, yang artinya akan ada 1,5 giga ton CO2 yang harus dilenyapkan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan pemanfaatan energi baru terbarukan. “Indonesia  memiliki sumber energi baru terbarukan yang bersih cukup besar dengan potensi yang mencapai ribuan gigawatt dan kita baru memanfaatkannya sedikit saat ini,” jelas Arifin.

Indonesia juga saat ini masih memiliki gas yang potensinya cukup besar yang perlu diupayakan pemanfaatannya sebagai transisi energi dari fosil ke energi terbarukkan. Arifin menegaskan gas adalah komoditas yang penting terutama untuk mendukung proses transisi energi, dari energi fosil berat ke menuju medium kemudian ke zero.

Selain energi bersih, kata dia, saat ini yang menjadi tantangan adalah bagaimana menghasilkan energi murah, selain terjangkau oleh masyarakat juga dapat mendorong investor menanamkan investasinya di Indonesia.

“Yang sangat penting lagi saat ini, kita harus bisa mengupayakan bagaimana energi ini bisa murah, listrik ini bisa murah selain untuk kepentingan masyarakat juga untuk kepentingan industri karena dengan competitiveness-nya harga energi ini akan memberikan dorongan investasi untuk bisa masuk kedalam negeri. Untuk itu,  jangan melupakan efisiensi pengoperasian unit-unit pembangkit listrik,” ujar Arifin. (RI)