JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya buka suara terkait bakal terlibatnya PT Pertamina (Persero) dalam pengembangan blok Masela.

Tutuka Ariadji, Dirjan Migas Kementerian ESDM mengakui keterlibatan Pertamina memang sudah mulai dibahas. “Iya, memang rencananya ada Pertamina,” kata Tutuka ditemui kepada Dunia Energi (22/8).

Bahkan kata Tutuka Pertamina kini sudah memulai pembicaraan dengan Inpex sebagai operator mengenai rencana pengembangan serta potensi di blok Masela. “Pertamina sudah bicara dengan INPEX,” ujar Tutuka.

Tutuka memastikan Pertamina tidak akan mengambil seluruh hak partisipasi atau Participating Interest (PI) milik Shell yang ingin dilepas yakni sebesar 35%. “Dibawah itu (35%), nggak semuanya diambil,”ujar Tutuka.

INPEX Corporation dan Shell Upstrem Overseas Services Ltd, memang saat ini masih tercatat sebagai konsorsium perusahaan pengelola Lapangan Abadi, Blok Masela. Namun Shell telah secara resmi menyatakan untuk keluar dari proyek Masela dan pemerintah Indonesia mewajibkan Shell untuk mencari terlebih dulu penggantinya sebelum angkat kaki dari Masela.

Sebelumnya, Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menjelaskan jika ada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terlibat di proyek besar seperi di Masela maka investor lain akan semakin tertarik lantaran adanya perlindungan negara jika ada keterlibatan BUMN.

“Kita berharap Pertamina bisa ikut di sana karena investor asing melihat pemain nasioanal yang ikut saya rasa akan lebih aman jadi kita berharap Pertamina bisa masuk,” kata Dwi.

Proyek Abadi Masela hingga kini masih juga tidak alami kemajuan. Padahal cadangan gas di blok Masela sudah ditemukan lebih dari 20 tahun lalu. Rencana pengembangannya (Plan of Development/POD) juga sudah diberikan sejak tahun 2019 lalu, padahal proyek Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

Salah satu ganjalan cukup serius sehingga gas dari Masela tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan diproduksi adalah masih belum jelasnya pembeli gas Masela. Tidak adanya kepastian pembeli gas Masela juga lantaran harga gas yang dianggap masih tinggi. Padahal pihak Inpex Corporation selaku operator sudah wanti-wanti bahwa harga gas Masela tidak bisa ditekan terlalu jauh karena penggunaan teknologi serta pembangunan infrastruktur pengolahan gas yang butuh biaya banyak.

Proyek Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh INPEX di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia. Sempat beredar informasi bahwa Inpex berniat membawa gas Masela ke Ichtys untuk diolah di sana.

Inpex Corporation sebagai induk usaha dari Inpex Masela Ltd. memutuskan untuk mundurkan penyelesaian proyek lapangan migas di Laut Arafuru, Maluku itu hingga 2030, atau molor dari jadwal yang sudah disepakati sesuai dengan POD pada 2027.

Investasi di blok Masela bukanlah investasi sedikit. Nilainya diestimasikan bisa mencapai US$19,8 miliar dengan kapasitas fasilitas LNG mencapai 9,5 Metrik Ton Per Annum (MTPA) atau setara 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) serta gas pipa mencapai 150 MMscfd. Selain itu blok Masela juga diproyeksi hasilkan kondensat 35 ribu barel per hari. Terbaru, investasinya diperkirakan akan membengkak US$1,3 miliar untuk membiayai penerapan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).  (RI)