JAKARTA – Salah satu cara untuk mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BPH) pada tahun 2030 adalah dengan mengimplementasikan Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan menggunakan cairan kimia. Hanya saja belum metode injeksi bahan kimia ke reservoir belum begitu akrab dilakukan di tanah air. Salah satu penyebabnya adalah masih minimnya ketersediaan bahan kimia tersebut.

Dwi Anggoro Ismukurnianto, Direktur Pembianaan Program Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan sebenarnya EOR sudah dilakukan lama di Indonesia tepatnya di lapangan Duri yakni dengan mengingjeksikan uap atau steam flood. Apabila mau dilakukan chemical EOR maka unsur utamanya adalah ketersediaan bahan kimia. Menurut Dwi saat ini sudah ada inisiatif perusahaan tanah air untuk sediakan cairan kimia tersebut. Ini tentu jadi pertanda positif jika memang berhasil maka kebutuhan kimia untuk EOR bisa dipasok dari dalam negeri.

“Sudah ada empat perusahaan yang uji coba di beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS),” kata Dwi, dalam sebuah diskusi virtual (14/10).

Menurut dia pelaksanaan uji coba butuh proses sehingga memakan waktu lantaran cairan kimia yang harus sesuai dengan karakteristik tanah atau reservoir. “Butuh waktu 6-12 bulan untuk bisa menyesuaikan kondisi lapangan,” ungkap Dwi.

Sebelumnya Arifin Tasrif, Menteri ESDM meminta KKKS aktif berusaha mengimplementasikan EOR. Bahkan ia meminta para KKKS mencari mitra usaha yang sudah memiliki kemampuan mumpuni untuk melakukan EOR. “Untuk mewujudkan cita-cita 2030, maka beberapa proyek EOR harus segera direncanakan dan dieksekusi. Pemerintah juga mendorong KKKS untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengembangan dan penerapan EOR,” ungkap Arifin.

Upaya keempat adalah peningkatan dan percepatan eksplorasi. “Pemerintah akan senantiasa mendorong peningkatan kegiatan akuisisi dan kualitas data migas secara terintegrasi sehingga dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan investasi hulu migas di Indonesia,” ujar Arifin.(RI)