JAKARTA – Proyek digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dinilai berjalan lambat. Hingga Juni 2020 yang menjadi tenggat waktu komitmen PT Pertamina (Persero) dan PT Telkom Indonesia, digitalisasi belum berjalan optimal. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menyayangkan kondisi tersebut lantaran Pertamina sudah berkali-kali melayangkan surat untuk merivisi target digitalisasi nozel.

M Fanshurullah Asa, Kepala BPH Migas, mengatakan sesuai dengan amanat pemerintah, Pertamina mestinya bisa menyelesaikan digitalisasi nozel di 5.518 SPBU dan selesai Desember 2018 lalu. Namun, hingga kini baru sebagian dari target yang terealisasi.

“Kami sudah beberapa kali melayangkan surat laporan kepada DPR, Menteri ESDM dan Menteri BUMN soal pelaksanaan digitalisasi SPBU yang sangat lambat,” kata Fanshurullah dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/7).

Fanshurullah meminta Pertamina untuk bisa segera menyelesaikan proyek digitalisasi ini agar penyaluran BBM solar bersubsidi bisa tepat sasaran dan akurat. Pasalnya, BPH Migas memiliki tugas dari Kementerian Keuangam setiap bulan untuk melakukan pengawasam serta evaluasi ketat sebelum menyetujui kuota BBM subsidi dan penugasan ke Pertamina.

“Ada Peraturan Menteri Keuangan bahwa setiap bulan mesti diputuskan sidang komite menyetujui berapa volume yang diberikan ke badan usaha. Kami merasa kalau hanya sampling cek SPBU dan lain-lain transaksi banyak, itu enggak akan mungkin. Makanya paling akurat pakai IT nozzle,” kata Fanshurullah.

Jika dirunut kronologi penugasan digitalisasi SPBU Pertamina dimulai sejak Agustus 2018. Saat itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta Pertamina segera melakukan digitalisasi.

Target pertama dalam penyelesaian digitalisasi SPBU ditetapkan Pertamina pada 31 Desember 2018. Target pertama tidak tercapai. Pertamina menyampaikan perubahan target penyelesaian digitalisasi SPBU menjadi tanggal 28 Juni 2019. Kemudian target kedua kembali tidak tercapai, Pertamina kembali menyampaikan perubahan yang ketiga, yaitu penyelesaian target menjadi 31 Desember 2019.

Target ketiga tidak tercapai lagi. Oleh karena itu Pertamina menyampaikan perubahan target keempat menjadi 30 Juni 2020 dimana realisasinya sejauh ini 4.819 SPBU atau sebesar 87,33% telah terpasang ATG (Automatic Tank Gauge). Kemudian sejumlah 3.060 SPBU atau sebesar 55,45% telah terpasang EDC LinkAja. Lalu 1.268 SPBU atau sebesar 22,98% telah mencatat nomor polisi melalui EDC. Lalu ada 1.577 SPBU atau sebesar 28,58% telah terdigitalisasi dan memproduksi data yang dapat di akses melalui Dashboard yang dikembangkan oleh Pertamina diantaranya berupa data volume penjualan per transaksi, data nilai transaksi penjualan, data transaksi per SPBU.

“Tapi itu sangat bervariasi ada lengkap ada belum, JBT (solar) sudah, JBKP (premium) belum. Kami harapkan bukan manual, kan online. Ini kan komitmen yang ditawarkan Pertamina, untuk CCTV masih 0,” kata Fanshurullah.(RI)