JAKARTA – Menuju target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025, energi surya menjadi salah satu andalan karena dinilai mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh energi lain, terutama dalam aspek biaya.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan pemanfaatan energi surya melalui sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap menjadi salah satu andalan percepatan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

“Potensi pengembangan PLTS Atap sangat tinggi, baik untuk rumah tangga, komersial dan industri, serta gedung pemerintah,” kata Dadan, kepada Dunia Energi, Rabu (18/11).

Saat ini tren pemanfaatan sistem PLTS Atap diarahkan untuk mendorong penggunaan PLTS Atap untuk kebutuhan energi listrik sehari-hari pada pelanggan PT PLN (Persero) sektor perumahan. Pemerintah berharap para pelaku industri swasta dapat turut berkontribusi besar terhadap pengembangan PLTS Atap nasional.

Dadan mengatakan, biaya pemanfaatan sistem PLTS Atap juga semakin lama semakin turun, dimana harga listrik dari energi surya menyentuh angka 1,32 sen dolar AS per Kwh. Namun perkembangan pemanfaatannya turut terdampak pandemi Covid-19.

“Selain itu, harga teknologinya semakin murah, tersedia di semua tempat dan bisa dibangun cepat,” ungkap Dadan.

Sejak diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM yang mengatur pemanfaatan sistem PLTS Atap pada Desember 2018, pelanggan PLN yang memasang sambungan baru mencapai 2.566 dengan total kapasitas terpasang mencapai 18,19 megawatt peak (MWp).

“Perkembangan secara nasional cukup baik terutama yang terjadi di badan usaha untuk digunakan sendiri,” tandas Dadan.(RA)