JAKARTA – Para petinggi PT Pertamina (Persero) terdiri dari Direktur Utama Nicke Widyawati dan Direktur Keuangan Pahala N Mansury segera terbang menuju Saudi Arabia menyambangi kantor pusat Saudi Aramco guna membahas kelanjutan pengembangan kilang Cilacap. Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina saat dikonfirmasi mengungkapkan keberangkatan jajaran direksi saat ini hanya tinggal menunggu pengurusan visa yang diharapkan bisa selesai dalam beberapa hari ke depan. Nicke dan Pahala akan membahas finalisasi hasil perhitungan valuasi yang telah dilakukan verifikator independen.

“Rencananya mau kesana tadinya sih nunggu visa selesai karena tidak boleh visa umroh, harusnya visa bisnis. mustinya secepatnya. Kami harapkan akhir bulan ini (keputusan),” kata Tajudin kepada Dunia Energi, Selasa (12/11).

Selain akan membahas hasil valuasi dengan Saudi Aramco delegasi Pertamina juga akan ajukan mekanisme kerja sama baru yakni dengan tidak mengikutsertakan aset eksisting di kilang Cilacap dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di Cilacap.

Ini dilakukan untuk menghindari beda pendapat terhadap nilai valuasi yang selama ini terus terjadi. “Opsi lain, kami dispute dinilai aset kilang. Kalau tidak ketemu mungkin kerja sama aset baru. Artinya kalau aset baru isu nilai valuasi hilang. Jadi aset baru yang kami kerjasamakan,” ungkapnya.

Dengan skema baru ini maka kedua perusahaan akan membentuk perusahaan patungan membangun fasilitas kilang baru di Cilacap tanpa memasukan perhitungan aset eksisting yang dimiliki Pertamina.

Meski ajukan kerja sama dengan mekanisme baru, Pertamina tetap memiliki keinginan untuk menjadi pemilik mayoritas proyek RDMP Cilacap. Pada proyek Kilang Cilacap Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.

Tajudin mengakui nantinya jika opsi mekanisme baru tidak akan ada perubahan nilai investasi proyek, yang akan berubah hanya besaran biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh Pertamina. Untuk itu manajemen juga harus menyiapkan dana investasi.

“Kalau misalnya masalah besarannya (investasi) nanti kami sesuaikan kemampuan belanja modal atau capital expenditure (Capex),” kata Tajudin.

Skema saat ini adalah dengan melakukan spin off ataupun harus melalui valuasi aset yang selama ini menjadi salah satu tantangan berat dalam kelanjutan kerja sama kedua perusahaan. Dalam skema ini Pertamina menjadikan aset eksistingnya sebagai bagian dari biaya investasi membentuk perusahaan patungan. Akan tetap penentuan nilai aset eksisting itu tidak kunjung selesai karena tidak ada kesepakatan nilai dengan mitra.

Revitalisasi Kilang Cilacap akan meningkatkan kapasitas produksi kilang hingga 400 ribu barel per hari (bph), dari kapasitas saat ini sebesar 358 ribu bph. Meskipun dari sisi volume tidak terlalu besar peningkatannya, tapi kompleksitas produksi kilang akan semakin meningkat tajam dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya empat.(RI)