JAKARTA – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor kelistrikan, mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi (RE) di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini masih dibawah 90 %. Salah satunya adalah dengan memberikan sambungan gratis kepada 11.000 Kepala Keluarga yang masuk dalam ketegori tidak mampu.

Djoko R Abumanan, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur Bali dan Nusa Tenggara PLN, mengungkapkan program ini menggunakan Base Data Terpadu hasil survey oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Penyambungan listrik gratis 11.000 KK di Nusa Tenggara Timur bisa terealisasi hingga akhir 2019.

Menurut Djoko, upaya yang dilakukan PLN selain menyambung saluran rumah yang tadinya nyantol (levering), PLN juga menambahkan infrastruktur baru berupa Jaringan Tengangan Menengah dan Tengangan Rendah lengkap dengan Trafo Distribusinya. “Upaya inilah yang harus dilakukan PLN mengingat sebagian dari warga yang akan mendapatkam sambungan gratis belum tersedia jaringan listriknya,” kata Djoko di Jakarta, Selasa (14/5).

Sementara dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk memperkuat dan memperluas jangkauan sistem interkoneksi PLN membangun Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Ruteng – Bajawa. Transmisi 70 kV tersebeut akan melewati beberapa kabupaten antara lain Manggarai Timur (Bojong) – Nagekeo, Ende (Kampung Ropa), Maumere, Wairita, dan Kabupaten Larantuka.

“Dengan pertimbangan kondisi selama pembangunan SUTT 70 kV di jalur Ruteng – Ropa, PLN optimis dapat diselesaikan akhir tahun 2019 meski kendala yang dihadapi tidaklah ringan mengingat kontur tanah berbukit-bukit , untuk jangka pendek pada triwulan III dapat dioperasikan section Ruteng – Bejawa,” ungkap Djoko.

Beberapa tantangan lain dalam program ini adalah terkait pengadaan lahan untuk tapak tower dan perizinan. Djoko mengaku komunikasi dan koordinasi cukup baik sudah dibangun dengan pemerintah daerah dan warga sekitar terkait hal ini.

Selain itu karena kondisi geogreafi berupa kepulauan, pegunungan, melewati lembah, dan beberapa desanya terletak di lereng-lereng bukit sehingga untuk mengangkut material listrik seperti tiang dan assesorisnya, kawat dan trafo membutuhkan waktu karena pengerjaannya juga dilakuka secara manual.

Dengan adanya pemerataan pembangunan di sektor kilistrikan diharapkan tidak hanya mampu melayani kebutuhan serta memenuhi perubahan tetapi juga pengembangan industri dan pariwisata di sana.

“Khusus untuk pembangunan SUTT 70 kV Sistem Flores dari ujung barat hingga ujung timur panjang lintasannya mencapai 600 kms,”ujar Djoko. (RI)