JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN akan membangun tiga Hub untuk mendukung program gasifikasi pembangkit listrik. Tiga Hub tersebut akan menghubungkan jalur distribusi gas ke berbagai pembangkit listrik yang jumlahnya mencapai 52 pembangkit listrik.

Syahrial Mukhtar, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, mengungkapkan pembangunan infrastruktur LNG terbagi menjadi tiga area yaitu Area Barat, Area Tengah, dan Area Timur.

Strategi tersebut merupakan bagian dari penugasan pemerintah yakni Kepmen ESDM 13/2020 kepada PT Pertamina (Persero).  Pertamina kemudian menugaskan subholding gas untuk menyediakan mulai dari pasokan LNG hingga pelaksanaan pembangunan infrastruktur LNG untuk pembangkit listrik. Selanjutnya PGN akan membangun infrastruktur LNG di delapan klaster.

“Kami akan membangun tiga Hub, yang pertama Area Barat akan dibangun Hub di Terminal Arun, untuk bisa menyuplai kebutuhan gas di Nias, Krueng, dan sekitarnya. Kemudian Area Tengah, kami sudah memiliki FSRU Lampung, dengan sistem breakbulking ke kapal-kapal kecil untuk menyuplai small LNG carrier. Jadi, nanti FSRU Lampung bisa dibawa ke Kalimantan, Bali, NTT, dan NTB,” kata Syahrial, Senin (13/7).

Pada Area Timur akan dibangun Hub, yang diperkiraan di Ambon untuk melayani Indonesia Tengah dan Timur seperti Sulawesi, Maluku dan Papua.

Syarial menuturkan tahap quick win akan dilaksanakan dengan menggunakan pola operasi follower di lokasi PLTMG Nias, PLTMG Tanjung Selor, dan PLTMG Sorong yang ditargetkan selesai pada tahun ini.

“Pada tahap ini ditargetkan dapat menyediakan harga yang lebih rendah dari HSD di plant gate pembangkit PLN. Perkiraan penghematan atas konversi penggunaan HSD ke PLN pertahun pada tahap quick win ini estimasi sebesar Rp 200 Milyar,” ungkap Syahrial.

Menurut Syahrial, PGN dan PLN menyepakati skema logistik yang paling optimal untuk lokasi Quick Win Nias menggunakan skema transportasi laut dengan LCT dan isotank, Tanjung Selor menggunakan transportasi darat dengan trucking dan isotank, sedangkan Sorong menggunakan pipa gas.

Setelah penandatanganan HoA yang dilakukan Pertamina dan PLN dengan salah satu isinya Pertamina telah menunjuk dan menugaskan PGN sebagai Sub Holding Gas untuk melaksanakan penyediaan pasokan dan infrastruktur, maka PGN telah melakukan koordinasi secara intensif dengan PLN untuk menyelesaikan perjanjian komersial untuk jangka waktu 20 tahun untuk tahap quick win. Sejauh ini para pihak berkerja sama dengan baik dan menghasilkan progres yang positif.

PGN sendiri menargetkan dalam waktu tidak lebih dari dua sampai tiga tahun, program konversi pembangkit listrik BBM ke gas alam sudah terealisasi. Proyek ini juga termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan membutuhkan investasi yang sangat besar.

Suko Hartono, Direktur Utama PGN,  mengatakan bahwa langkah strategis ini untuk memperkuat struktur usaha subholding gas dan meraih peluang pertumbuhan usaha dari meningkatnya kebutuhan dalam negeri akan pasokan gas untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik.

“Selain itu, menjadi respon PGN dalam mendukung program pemerintah menargetkan perbaikan bauran energi primer bagi pembangkit listrik PLN, sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata Suko.(RI)

Pelaksanaan pembangunan Infrastruktur LNG dilakukan secara stimulan untuk pembangkit yang sudah dibangun dan dibagi menjadi delapan klaster yaitu sebagai berikut.
1. Klaster Sumatera
2. Klaster Kalimantan Barat
3. Klaster Bali Nusra 1
4. Klaster Bali Nusra 2
5. Klaster Sulawesi
6. Klaster Maluku
7. Klaster Papua Utara
8. Klaster Papua Selatan