JAKARTA – Indonesia merupakan negara berpotensi besar untuk mengembangkan sumber daya energi panas bumi dengan pemanfaatan total kapasitas terpasang sejumlah 1948,5 megawatt (MW). Indonesia tercatat menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat sebagai produsen energi panas bumi terbesar dengan kapasitas terpasang 3.639 MW.

FX Sutijastoto, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan untuk mencapai target energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025, panas bumi merupakan subsektor yang diharapkan menjadi kontributor utama. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa memberikan dukungan bagi pengembangan panas bumi dengan terus mendorong terciptanya perbaikan iklim investasi melalui penyederhanaan regulasi, perbaikan pelayanan, penyederhanaan perizinan, pemberian insentif dan sebagainya.

“Selain itu, telah diperkenalkan beberapa terobosan pengembangan antara lain penerapan skema Penugasan Survey Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) sebagai alternatif pengembangan panas bumi oleh badan usaha, penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara, maupun program penyediaan data dan informasi panas bumi melalui Government Drilling,” kata Sutijastoto di Jakarta, Selasa (14/5)

Dari sisi pendanaan, pemerintah juga tengah berupaya mencari alternatif pendanaan, terutama membuka peluang akses terhadap pendanaan berbiaya rendah dari bank-bank pembangunan internasional, maupun dana hibah berbasis pengembangan energi terbarukan dari lembaga-lembaga donor internasional.

“Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE terus menjalin komunikasi dengan para pemangku kepentingan, kementerian lembaga terkait, pemerintah daerah, terutama dengan API yang selama ini telah menjadi partner penting dalam pengembangan energi panas bumi,” tandas Sutijastoto. (RA)