JAKARTA – PT Pertamina (Persero) telah mendapatkan hasil investigasi terhadap kebakaran yang terjadi di komplek kilang Balongan pada bulan Maret lalu. Secara garis besar dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kebakaran di empat tangki T-301 itu dipicu oleh sambaran petir.

Djoko Priyono, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), mengungkapkan dari hasil investigasi tersebut dilaporakan bahwa beberapa operator melakukan pengecekan di lapangan dan melihat adanya kebocoran di tangki, saat itu kondisi cuaca sedang gerimis disertai petir. Kemudian dilakukan pengalihan minyak dari tangki G ke tangki lainnya, namun terjadi kebarakan.

Beberapa lembaga yang melakukan investigasi antara lain Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) – BPPT, Pusat Penelitian Petir LAPI ITB, Ditjen Migas Kementerian ESDM dan Det Norske Veritas (DNV), n Perusahaan Internasional yang salah satunya fokus dalam hal Audit bidang keselamatan dan pengamanan DNV di-hire sebagai Tim Investigator Eksternal dari Internasional.

Hasil investigasi BPPT lokasi kebocoran tidak diketahui. lalu penyebab kebocoran tidak menunjukkan indikasi terjadinya local thinning maupun penurunan thickness yang tinggi. Kondisi Tangki G secara identik sama dengan Tangki D, dimana kuat dan reliable. Lalu ketebalan dinding sekitar 4,19 – 8,82 mm, sementara ketebalan dinding yang dapat menyebabkan kebocoran harus berada <1.5 mm.

Sementara hasil LAPI ITB diantaranya menunjukkan lokasi kebocoran terjadi di dinding tangki G. Dimana penyebab kebocoran ada beberap faktor kebocoran terjadi akibat sambaran petir travelling yang mendegradasi dinding Tangki G hingga terjadi penipisan.

“Penipisan yang terjadi menyebabkan dinding tangki tidak dapat menahan tekanan mekanik dari BBM di dalam Tangki, sehingga Tangki menjadi sobek dan bocor,” ungkap Djoko disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/9).

Lalu LAPI ITB juga mengatakan penyebab kobocoran sambaran petir atau induksi menyebabkan timbulnya segitiga api (udara, vapor dari HC, dan
panas dari sambaran petir / induksi), sehingga mengakibatkan Tangki EFGH terbakar.

Investigasi Ditjen Migas menunjukkan lokasi kebocoran di dinding tangki G. Sementara penyebab kebocoran oleh kegagalan daerah lasan (Heat
Affected Zone) akibat korosi. Kemudian sample yang diambil adalah sample plat Tangki pasca kebakaran.

Sama seperti LAPI ITB, Ditjen Migas mengatakan penyeab kebakaran adanya unsur segitiga api yaitu dari udara, dari kebocoran HC dinding Tangki dan Panas (diduga dari Trafo area SS-24) yang menyulut kebakaran.

Sementara DNV juga mengatakan adanya kebocoran di tangki G. Penyebab kebocoran menurut lembaga investigasi internasional itu disebabkan oleh korosi pada dinding bagian dalam yang tidak terdeteksi saat inspeksi dilakukan sebelum dinding tangki mencapai kondisi kritis yang diakibatkan pembebanan yang melebihi batas kemampuan saat itu. Sample yang diambil adalah sample plat tangki pasca kebakaran. “DNV tidak sebutkan penyebab kebakaran,”ujar Djoko.

Dalam data Pertamina ada data sambaran petir dari sistem yang dimiliki oleh PLN match dengan CCTV yang dimiliki di kilang. Tangki EFGH secara rutin di inspeksi secara internal dan onstream sesuai dengan standar pengecekan dan monitoring tangki, dan dalam kondisi baik (sesuai dengan report dari B2TKS), degradasi dinding/plat atau las-lasan tangki disebabkan oleh dampak dari sambaran petir traveling.

Terhadap hasil dugaan dari Ditjen Migas, dugaan panas dari trafo area SS-24, berdasarkan hasil investigasi di lapangan ditemukan bahwa pada saat kejadian berlangsung trafo di area tersebut dalam kondisi tidak bertegangan, sehingga tidak memungkinkan timbulnya panas/api dari trafo.

Timbulnya segitiga api (udara, vapor dari HC, dan panas dari sambaran petir/induksi), sehingga mengakibatkan Tangki EFGH terbakar.

Dari hasil investigasi serta analisis tersebut, manajemen Pertamina menyimpulkan penyebab kebocoran tangki Terjadinya sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB yang menyebabkan degradasi pada dinding/plat atau las-lasan di Tangki G yang menyebabkan penurunan penipisan dinding/plat atau las-lasan Tangki G, disusul dengan robek dan bocornya dinding tersebut akibat tekanan mekanik dari dalam tangki yang telah terisi BBM pada level mendekati penuh.

Sementara untuk penyebab kebakaran Terjadi akibat sambaran petir atau induksi pada Tangki G yang berdampak terjadinya segitiga api (udara oksigen, vapor hydrocarbon, serta sambaran petir).(RI)