JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco memiliki waktu hingga Juni 2019 untuk mencapai kesepakatan penetapan nilai valuasi aset sebelum pengembangan kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Cilacap dilanjutkan.

Ignatius Tallulembang, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina, mengatakan saat ini sedang dilakukan valuasi oleh masing-masing pihak, namun tetap ada konsultan independen yang melakukan perhitungan valuasi aset eksisting Pertamina di Kilang Cilacap.

“Itu waktu yang diberikan sampai habis masa waktunya, kalau tidak sepakat ya terminasi baik-baik. Opsinya kilang jalan terus, pakai paket hemat, atau partner lain. Batas akhir dengan Aramco Juni,” kata Talullembang di Jakarta, Selasa (4/3).

Menurut Tallulembang, jika sampai Juni nanti tidak tercapai kata sepakat dengan Saudi Aramco, Pertamina akan melakukan pengembangan Cilacap secara mandiri sambil menunggu partner baru. Namun konsekuensinya jika dijalankan sendiri akan membutuhkan waktu lebih panjang.

“Bebas saja setelah itu (terminasi kerja sama). Jalan terus tidak menunggu partner. Tapi kalau sendiri kan bertahap,” tukasnya.

Revitalisasi Kilang Cilacap akan meningkatkan kapasitas produksi kilang hingga 400 ribu barel per hari (bph), dari kapasitas saat ini sebesar 358 ribu bph. Meskipun dari sisi volume tidak terlalu besar peningkatannya, tapi kompleksitas produksi kilang akan semakin meningkat tajam dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya 4.

Di proyek Kilang Cilacap Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.

Talullembang mengatakan, pada dasarnya Pertamina berharap kerja sama bisa dilanjutkan dengan Saudi Aramco, namun untuk kasus Kilang Cilacap perlu negosiasi panjang untuk mencapai kesepakatan lantaran Kilang Cilacap memiliki aset eksisting.

“Inginnya lanjut. Kami ingin kesepakatan berdasarkan kaidah internasional. Kalau projek yang baru dari awal itu lebih mudah, ini kan ada aset eksisting. Itu ada pandangan yang berbeda,” kata Talullembang.(RI)