JAKARTA – Pemerintah Indonesia meminta adanya kesetaraan dalam akses teknologi dan ilmu untuk melakukan transisi energi menuju penggunaan energi bersih.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di sidang Mejelis Umum PBB secara virtual menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk ambil bagian merespon ancaman perubahan iklim melalui penggunaan energi yang rendah karbon.

“Komitmen Indonesia terhadap ketahanan iklim, pembangunan yang rendah karbon, serta teknologi hijau sudah jelas dan tegas,” kata Jokowi di akun Facebooknya, dilansir Sabtu (25/9).

Menurutnya proses transisi energi di dunia harus berjalan beriringan dan jangan sampai terjadi ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Dia pun meminta para negara-negara maju yang telah lebih dulu melakukan transisi energi memberikan akses seluasnya dalam sharing knowledge maupun teknolofi dengan negara berkembang seperti Indonesia.

Ke depan dia berharap dengan adanya kerja sama tersebut maka negara berkembang tidak lagi bergantung terhadap negara-negara maju dalam hal transfomasi energi dan mampu membuat sendiri teknologi untuk transformasi tersebut.

“Proses transformasi energi dan teknologi tersebut harus memfasilitasi negara berkembang untuk ikut dalam pengembangan industri dan menjadi produsen teknologi,” tegas Jokowi.

Dalam hal pengembangan Energi Terbarukan, Indonesia jadi salah satu negara yang ambisius. Tahun 2025 ditargetkan bauran EBT mencapai 23% dalam bauran energi nasional. Sementara hingga akhir tahun lalu realisasinya baru sekitar 12%.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menegaskan Salah satu cara untuk menuju Net Zero Emission yang ditargetkan pada 2060 adalah dengan melakukan transisi energi. Untuk proses tersebut dibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Jika mau target net zero emission dipercepat maka bantuan dari negara lain dibutuhkan.

Arifin mengatakan pemilihan teknologi menjadi pertimbangan utama guna memastikan ketersediaan, kemudahan, keterjangkauan, keberlangsungan dan daya saing untuk mencapai kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan.

“Kementerian ESDM tetap berkomitmen untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) selambatnya tahun 2060 atau lebih cepat dengan dukungan dari negara lain,” kata Arifin.