JAKARTA – Sebagai perusahaan migas terbesar di Indonesia PT Pertamina (Persero) memastikan adanya kesetaraan gender dalam kegiatan operasional perusahaan terlebih di sektor hulu migas. Bahkan tidak sedikit kaum perempuan memimpin proyek hulu maupun menduduki jabatan tom management di perusahaan.

Oto Gurnita, Direktur Sumber Daya Manusia dan Penunjang Bisnis Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream Pertamina, mengungkapkan perkembangan sektor energi saat ini jadi tantangan bagi Pertamina khususnya subholding upstream akibat adanya pergeseran dari energi fosil ke energialternatif atau ebt yang lebih ramah lingkungan. Kebutuhan energi saat ini maupun tahun tahun mendatang masih ditopang suplai migas, sehingga kebutuhan industri migas masih strategis untuk penuhi kebutuhan nasional. Oleh karena itu subholding pertamina akan terus ambil bagian secara signifokan baik eksplorasi maupun eksploitasi.

Untuk menjawab tantangan itu, semua lapisan pekerja sangat dibutuhkan kontribusinya tak terkecuali para pekerja wanita. Untuk di di Subholding Upstream sendiri persentase pekerja wanita bahkan sampai 13%.

“Di PHE, SHU, 60% pekerja adalah anak milenial, 13% adalah pekerja wanita. Ini mematahkan persepsi bahwa dunia migas adalah dunia laki-laki,” kata Oto dalam Sharing Session “Mempersiapkan Karier di Industri Hulu Migas Bagi Profesional Wanita” dalam rangka peluncuran e-book Srikand-Srikandi Migas; Kiprah Perempuan BPST-EP 1 Megabdi untuk Negeri, Jumat (15/7).

Dia juga mengingatkan pimpinan tertiggi Pertamina sendiri adalah seorang wanita yakni Nicke Widyawati. Jadi kesetaraan gender jelas dijunjung tinggi perseroan.

Oto menjelaskan di Subholding Upstream 11,6% pekerja wanita duduki level manajer ke atas. 3 diantaranya sebagai direksi di Anak Perusahaan. Di PHE sebelumnya juga pernah dipimpin oleh srikandi, bu Meidawati.

“Pertamina berikan kesempatan yang sama, tanpa membedakan gender, anti disrikiminasi gender,” ungkap dia.

Pada kuartal II tahun 2022 sudah 107% untuk suksesor wanita yang ditetapkan oleh Pertamina, ini tentu sudah sejalan dengan ESG.

“Terdapat kesetaraan gender dalam pekerja. Target 13,04%tahun ini, dimana capaian saat ini sudah 11,6%,” ungkap Oto.

Kiprah wanita di industri hulu migas Pertamina bermula saat dimulainya program BPST-EP 1 di medio tahun 80an. Kala itu hanya ada tujuh wanita yang terpilih menjadi bagian dari pelatihan khusus pertama Pertamina yang ditempa untuk menjadi top manajemen bisnis hulu Pertamina. Mereka adalah Ira Miriawati, Lindy F Rotinsulu, Luky Hidayati, Meidawati, Nugrahani Pudyo, Rafida Zakaria dan Sri Budiyani.

Beberapa posisi penting memang pernah diduduki para Srikandi Migas Pertamian tersebut. Ira misalnya jabatan terakhir sebelum pensiun adalah setelah menjadi Vice President Teknologi Pengembangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Ira menjabat sebagai VP Eksploitasi SKK Migas. Lalu Lindy pernah menjabat sebagai Valuation Upstream Business Development di Direktorat Hulu Pertamina sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Advisor Direktur Eksplorasi Pertamina EP. Sementara Luky setelah menjalankan tugas di Pertamina di langsung diminta untuk membantu BP Migas (sekarang SKK Migas) dan menduduki jabatan tertinggi di karirnya yaknis sebagai VP Internal SKK Migas.

Meidawati jadi salah satu pekerja wanita paling aktif jejak karirnya di bisnis hulu migas Pertamina, beberapa posisi penting pernah didudukinya. Setelah menjadi SVP USPOE Direktorat Hulu  Pertamina dia dipercaya menjadi Direktur Utama PHE. Nugrahani juga sudah kenyang mengenyam berbagai pengalaman di industri hulu migas. Sehingga dia dipercaya menjadi VP Eksplorasi SKK Migas, VP Pengawasan Realisasi Komitmen Rencana Pengembangan Lapangan dan terakhir sebagai Tenaga Ahli SKK Migas. Setelah menjadi Expolitation Planning & Evaluation Manager Pertamina EP, Rafida tetap dipercaya untuk menjadi Expolitaion Advisor EPT Pertamina EP. Terakhir Sri Budiyani yang sebelum masuki masa pensiun dia cukup lama dipercaya untuk jadi General Manager PHE WMO.