JAKARTA-PT Pertamina Hulu Energi (PHE), melalui anak usahanya PT PHE West Madura Offshore, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah koordinasi SKK Migas, berupaya menjaga level produksi minyak dan gas sesuai yang ditetapkan dalam APBN maupun RKAP. Bersamaan dengan itu, PHE WMO juga memiliki komitmen tinggi dalam mengimplementasikan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan di sekitar area operasi.

Ani Surakhman, General Manager PHE WMO, mengatakan PHE WMO sebagai cucu usaha PT Pertamina (Persero) memiliki tugas menjaga ketahanan energi melalui kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas kendati tantangannya cukup berat. Hingga semester I 2019, PHE WMO memproduksikan minyak sebesar 4.098 barel per hari (BPH) dan gas sebesar 128 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

“Banyak tantangan yang kami hadapi dalam merealisasikan target produksi tahun ini, salah satunya menjaga laju penurunan alamiah (natural decline) karena aktivitas pengeboran migas berada di area offshore,” ujar Ani, Minggu (4/8).

Kendati demikian, menurut Ani, PHE WMO juga konsisten dalam melaksanakan program CSR. Salah satunya dukungan terhadap Pemerintah Kabupaten Bangkalan yang meluncurkan kembali (relaunching) Taman Pendidikan Mangrove (TPM) oleh Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Kamis (1/8).

Peresmian TPM digelar dalam momen Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019 bertemakan Coastal Clean Up. Pembukaan kembali Taman Pendidikan Mangrove Labuhan ditandai dengan aksi bersih-bersih sampah plastik di pesisir pantai.

Ani mengungkapkan, kendati tantangan yang dihadapi PHE WMO menjaga level produksi cukup berat, perusahaan tetap berkomitmen mendukung kegiatan pengembangan masyarakat. Salah satunya adalah dukungan PHE WMO terhadap Pemkab Bangkalan yang membuka kembali TPM di Desa Labuhan setelah lebih dari 12 bulan ditutup.

Menurut Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron keberadaan destinasi wisata di kawasan pantai utara Madura ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bangkalan. Selain berwisata, pengunjung bisa belajar dan meneliti berbagai jenis satwa di ekosistem mangrove karena konsep destinasi ini adalah taman pendidikan. ”Pembukaan kembali TPM menjadi jawaban dari tingginya harapan masyarakat terhadap destinasi wisata itu,” katanya.

Bupati mengucapkan terima kasih kepada PHE WMO yang telah memberikan Corporate Social Responsibility dalam bentuk TPM. “Ke depan Pemkab Bangkalan bersama tokoh masyarakat setempat akan mengelola TPM. Mungkin bisa melalui BUMDes,” katanya.

Sudharto P Hadi, pakar manajemen lingkungan dari Universitas Diponegoro, Semarang berharap, masyarakat dan wisatawan ikut merawat flora dan fauna di kawasan tersebut. Pasalnya, mangrove memiliki peran penting sebagai penghasil oksigen dan penampung karbondioksida, mencegah abrasi pantai, menjaga kualitas air, dan menyerap polusi yang diakibatkan sampah manusia ataupun pencemaran dari pabrik.

“Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan karena potensi di hutan mangrove sangat banyak yang bisa digali. Pembukaan kembali TPM oleh Pemkab Bangkalan yang didukung PHE WMO patut diapresiasi,” ujarnya. (DR)