PURWAKARTA – Banyak yang tidak sadar bahwa Indonesia sebenarnya memiliki fasilitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan sejak akhir tahun 80an. Adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata memiliki fasilitas khusus Automatic Generation Control dan Black Start untuk line charging. Fasilitas ini membuat Cirata bisa segera masuk ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Adapun kapasitas pembangkit yang berada di Purwakarta itu mencapai 1.008 megawatt (MW).

Pembangkit listrik Cirata memanfaatkan aliran sungai Citarum melalui bendungan. Air yang telah dibendung itu kemudian menuju terowongan sepanjang 640 meter yang berada di dalam tanah dan mampu menggerakan turbin di delapan unit yang dimiliki PLTA Cirata. Setelah melewati terowongan, air menuju penstock dengan kemiringan 60 derajat yang meningkatkan tekanan dan kecepatan. Air kemudian masuk dan memutar turbin hingga kecepatan putaran 187,5 rpm. Turbin itu terhubung dengan generator yang memproduksi listrik bertegangan 16,5 kilo volt (kV). Listrik itu lalu disalurkan ke main transformer untuk menaikkan tegangan dari 16,5 kV menjadi 500 kV. Selanjutnya listrik ditransmisikan ke sistem interkoneksi Jawa, Madura dan Bali.

Semua aktifitas tersebut mampu memghasilkan daya listrik hingga mencapai 1.428 Giga Watt Hour (GWH) per tahun ayau setsra dengan penggunaan 428 ton bahan bakar minyak untuk unit pembangkit thermal.

Priyono, Manager Keuangan UP Cirata, mengatakan fungsi dari PLTA Cirata vital sebagai fasilitas cadangan untuk memperkuat sistem Jawa-Bali apabila terjadi gangguan pasokan listrik.

“Pada saat sistem Jawa-Bali ada trip (gangguan) maka Cirata bisa memasok listrik cepat sekitar 5-6 menit karena punya line charging,” kata Priyono di Purwakarta, akhir pekan lalu.

PLTA Cirata rata-rata beroperasi dari pukul 17.00-22.00 WIB. PLTA terbesar di Indonesia ini menunjang pasokan listrik saat beban puncak terjadi di Jawa-Bali.

Memiliki delapan unit pembangkit dengam masing-masing kapasitas sebesar 126 Megawatt (MW) nantinya setiap pembangkit bisa diaktifkan sesuai dengan kebutuhan

“Pengoperasian masing-masing unit tergantung dari pengatur beban di Gandul (Depok),” ujarnya.

Pembangkit yang beroperasi sejak 1988 ini, memiliki waduk dengan luas genangan mencapai 6200 hektar. Luasan genangan itu berada di 3 kabupaten yakni Bandung Barat38%, Purwakarta 21%, dan Cianjur 41%. Aliran Sungai Citarum bukan hanya untuk pembangkit listrik. Namun juga memasok air bersih untuk konsumsi Jakarta, irigasi Karawang, Subang, Indramayu, dan Purwakarta mencapai 420 hektar. Sayangnya, Sungai Citarum saat ini dalam kondisi memprihatikan akibat sampah, maupun kotoran ternak. Kotoran tersebut ditambah dengan maraknya keramba jaring apung membuat sedimentasi di area waduk. Dalam kajian terakhir, akibat dari sedimentasi tersebut membuat umur PLTA terpangkas semula di desain bisa beroperasi atau berumur 100 tahun menjadi hanya 60 tahun.(RI)