JAKARTA – Sebagai sebuah perusahaan migas nasional Indonesia PT Pertamina (Persero) mengelola berbagai infrastruktur baik hulu maupun hilir migas yang sudah mature atau berumur tua.

Mulyono, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina,mengatakan mayoritas aset operasi yang dikelola oleh Pertamina masuk dalam kategori mature atau tua. Seperti halnya aset Upstream ex wilayah kerja KKKS terminasi yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kemudian aset kilang yang terakhir dibangun adalah RU VI Balongan pada 1994 dan 80% tangki BBM berumur lebih dari 20 tahun, 50% dari Sebagian dari sarana tambat kondisi jetty dalam kondisi poor dan very poor.

“Untuk itu lingkup kerja kita adalah holding menyusun corporate policy serta memonitor melalui system asset integrity yang terintegrasi dan subholding melaksanakan program asset integrity untuk menjaga agar aset tetap berfungsi dan beroperasi dengan aman,” ujar Mulyono dalam keteragannya (14/2).

Program ini pun perlu adanya dukungan dari segala pihak. Seperti, subholding aktif dalam memberikan masukan ke holding untuk penyusunan corporate policy, serta menyampaikan dukungan apa yang diperlukan dari holding, pembentukan tim lintas holdingsubholding dan dan membuka informasi untuk improvement ke depan.

“Mudah-mudahan dengan program Ini nanti kondisi aset akan semakin bagus, operasional akan semakin baik dan handal. Akan semakin efisien, ujung-ujungnya cost per liter, cost per barel akan menjadi rendah,” ungkap Mulyono.

Sementara itu, Eko Ricky Susanto, Vice President Infrastructure Master Plan Pertamina, menuturkan peran sinergi antara holding dan subholding sangat erat. Holding berperan untuk pertama menetapkan kebijakan aset integrity management (AIM) secara
Pertamina Group, kedua Cloning system dari satu subholding yang sudah mature penerapan AIM kepada subholding lain yang belum menerapkan. Ketiga membentuk community of practice dan keempat mengawal critical budget yang dibutuhkan untuk peremajaan infrastruktur utama dan kritikal.

Sementara peran subholding seperti pertama melakukan pendataan aset untuk diintegrasikan dengan SAP System, kedua Planning & execution atas
program aset integrity, ketiga aktif sharing dalam community of practice, keempat menyusun budget yang dibutuhkan untuk peremajaan infrastruktur.

“Kita harus melakukan improvment kedepannya supaya kehandalan infrastruktur Pertamina menjadi lebih baik kedepannya sehingga tercapai operasi yang aman sehingga citra Pertamina dimata stakeholder bisa menjadi lebi baik. Harapannya ini menjadi satu langkah yang mendukung tujuan positif
tersebut,” kata Eko. (RI)