JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memasuki usia 40 tahun. Sejumlah proyek prioritas kini tengah dikerjakan dan ditargetkan bisa selesai dalam beberapa tahun ke depan. Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam, mengatakan ada beberapa pekerjaan prioritas yang menjadi strategi dalam bertransformasi.

“Perjalanan Bukit Asam menjadi seperti saat ini tentunya tidak mudah. Menempuh segala badai dan ujian, kami bisa tetap membuktikan dengan mencatat kinerja positif dan sederet prestasi lainnya. Terutama di masa-masa berat seperti ini,” kata Arviyan disela acara virtual HUT ke-40 PTBA, Selasa (2/3).

Saat ini batu bara masih menjadi bisnis utama Bukit Asam. Untuk itu, menjaga kinerja produksi, meningkatkan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pasokan energi dalam negeri tetap menjadi prioritas perusahaan.

“Bahkan, di tengah pandemi tahun lalu, perusahaan tetap mampu mencetak kinerja positif dan membukukan laba,” ujar Arviyan.

Beberapa proyek prioritas Bukit Asam, di antaranya PLTU Sumsel 8 yang merupakan pembangkit listrik mulut tambang terbesar dan efisien di Indonesia kini sudah mencapai progress konstruksi 70% per Januari 2021. ” Siap beroperasi komersial Unit-1 pada Desember tahun ini. Unit-2 pada Maret 2022,” ungkap Arviyan.

Dia menegaskan melalui Beyond Coal yang menjadi jargon Bukit Asam, menggali dan menjual atau membakar tidak bisa terus dilakukan. Usia ke-40 tahun menjadi momentum untuk transformasi bisnis perusahaan. Satu demi satu proyek hilirisasi untuk menggenjot nilai tambah batu bara dan ekspansi bisnis ke energi baru dan terbarukan mulai berjalan.

Gasifikasi batu bara menjadi DME sudah di depan mata. Pabrik gasifikasi yang akan berada di Kawasan Industri Tanjung Enim (Bukit Asam Coal Based Industrial Estate/BACBIE), juga telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional

Perjanjian kerja sama atau Cooperation Agreement antara Bukit Asam, Pertamina, dan Air Products Chemical Inc juga sudah ditandatangani pada 11 Februari 2021. Nantinya produk Dymethil Ether atau DME yang bisa menjadi produk substitusi LPG yang impornya kian bertambah setiap tahunnya.

Artinya, produk DME yang akan dihasilkan Bukit Asam menjadi kunci penting untuk penyelamatan devisa negara, sekaligus terobosan pemanfataan batu bara di Indonesia.

Bukit Asam juga melakukan ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan dianyatanya PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerja sama dengan Angkasa Pura 2, serta sedang menyiapkan PLTS lahan bekas tambang di Ombilin, Sumatera Barat, dan Tanjung Enim, Sumatera Selatan, dengan kapasitas masing-masing mencapai 200 Megawatt (MW) dan direncanakan beroperasi mulai 2022.(RI)