JAKARTA – Salah satu faktor terus loyonya produksi migas Indonesia adalah ketersediaan cadangan yang siap untuk diproduksi. Untuk menemukan cadangan tersebut eksplorasi mutlak dilakukan. Ini juga yang sedang diupayakan oleh PT Pertamina (Persero). Ada empat kegiatan inisiatif eksplorasi yang dilakukan perseroan melalui Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK MIgas) ada beberapa kegiatan tercatat masih jauh dari rampung atau selesai.

Salah satu kegiatan yang dilakukan di tahun 2021 adalah Subvolcanic Vibroseis yakni survei seismik 2D menggunakan vibroseis, dilakukan di area sub vulkanik yang terbentang di tiga provinsi di pulau Jawa dan melalui 29 kota/kabupaten. Hingga akhir tahun lalu progresnya baru mencapai 26%. Pelaksanaan survei akan menggunakan truk vibroseis sebagai seismic source yang akan bekerja di sepanjang jalan yang sudah di tentukan. Dalam survei ini juga digunakan wireless technology receiver yang hanya cukup ditancapkan di permukaan tanah sehingga memiliki nilai efisiensi yang lebih baik. Berkat dukungan teknologi tersebut menjadikan kegiatan survei ini lebih ramah lingkungan dibanding metode seismic pada umumnya, yaitu dengan menggunakan explosive seismic source. Daerah pertama yang disurvei adalah Jawa Barat yang mulai dieksekui pada awal bulan November. Selanjutnya ke area Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut rencana seharusnya akuisisi dan processing data area Jawa Barat akan dilakukan hingga akhir tahun 2021. Selanjutnya pada tahun 2022 akan dilakukan interpretasi data, dan pada tahun 2023 data yang diperoleh dari kegiatan tersebut dapat dibuka untuk investor.

Kegiatan selanjutnya adalah Pseudo 3D reprocessing, dimana hingga akhir tahun 2021 sudah masuki proses perubahan KBH dan proses pengadaan.

Lalu ada survei Airborne FTG. Hingga akhir tahun 2021 realisasi survei yakni sudah meliputi Akimeugah seluas 60.440 km2 selesai akuisisi data (realisasi 103%) & Bird’s Head-Bintuni seluas 45.580 km2 dengan progress 91%.

Survei tersebut akan dilakukan dari udara atau menggunakan pesawat terbang dengan cakupan wilayah survei di Cekungan Bintuni dan Salawati, Papua Barat, sepanjang 23.000 Km dan mencakup area seluas 45.000 Km2.

Dalam melakukan survei ini PHE Jambi Merang bekerjasama dengan PT Mahakarya Geo Survey yang berkolaborasi dengan AustinBridgeporth akan menggunakan pesawat survei DC3 Turbo Prop yang dimodifikasi dan dimodernisasi, dilengkapi dengan serangkaian teknologi termasuk eFTG dengan gravimeter scalar terintegrasi, magnetometer dan sistem LiDAR VUX1-LR. Data LiDAR yang mempunyai sudut sapuan 180 derajat ini akan menyediakan data yang sangat akurat untuk keperluan koreksi medan data gravitasi, pemetaan fitur geologi permukaan, dan menyediakan tambahan informasi untuk merencanakan kegiatan eksplorasi.

Kemudian terakhir ada Reprocessing 2D seismic data KKP Jambi Merang yang sudah diserahkan datanya ke PUSDATIN. Selanjutnya data tersebut akan terbuka untuk investor pada Maret 2022. Sesuai dengan perjanjian dengan pemerintah setelah data yang didapatkan Pertamina dari KKP Jambi Merang memang bisa diolah dan dikaji Pertamina dengan batas waktu tertentu untuk selanjutnya diserahkan ke pemerintah dan dibuka untuk publik. (RI)