JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah menggodok regulasi sebagai aturan main dalam penggunaan co-firing sebagai alternatif pengganti batu bara sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan tidak hanya tentang harga yang diatur, ada beberapa hal lain juga menjadi concern pemerintah yang harus diatur dalam sebuah regulasi. Ini penting lantaran co-firing akan menjadi senjata andalan mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik.

“Kami sedang menyusun pengaturan pelaksanaan co firing untuk PLTU antara lain aspek keteknikan, standar kualitas biomassa dan juga indikatif formula harganya,” kata Dadan kepada Dunia Energi, Senin (25/1).

Dadan mengakui masalah harga menjadi komponen utama yang akan diatur dalam aturan yang rencananya akan diterbitkan dalam bentuk Peraturan Menteri (Permen). Namun pemerintah tidak akan masuk terlalu jauh menetapkan harga listrik co-firing.

“Iya, pemikirannya adalah bahkan Kementerian ESDM tidak menetapkan harga, hanya memberikan koridor nya saja,” kata dia.

PT PLN (Persero) sedang gencar-gencarnya melalukan penggantian batu bara sengan co-firing biomassa. Sudah ada enam pembangkit yang menggunakan biomassa secara komersial. Meskipun persentase penggunaan masih minim antara 1-5% dari kebutuhan yang selama ini menggunakam batu bara tapi jumlah pembangkit listrik yang gunakan co-firing ditargetkan akan terus bertambah.

Hingga 2024 akan ada 52 PLTU gunakan co-firing biomassa dengan total kapasitas listrik mencapai 18.154 Megawatt (MW).

Muhammad Ikhsan Asaad, Direktur Mega Project PLN, mengatakan co-firing biomasda telah dilakukan bertahap sejak 2020 dan implentasikannya secara full 100% pada tahun 2024. Sampai tahun 2020 lalu telah dilakukan ujicoba 29 lokasi PLTU dimana hasil uji coba pemantauan kualitas emisi jauh lebih baik. Setelah itu tahap impelementasi. Dari 52 PLTU yang jadi target ada 6 PLTU yang sudah commercial operation.

“PLTU Paiton, Pacitan, Jeranjang, Suralaya 1 – 4 , Sanggau Kalimantan Barat dan Ketapang. 2021 kami rencakan 17 lokasi , 17 PLTU,” ujar Ikhsan.

Menurut Ikhsan, dari sisi teknis pembangkit sebearnya perubahan bahan baku sudah bisa dilakukan hanya saja saat ini satu poin utama yang kurang adalah masalah kepastian pasokan biomassa.

“Kami sudah melakukan di PLTU uji coba itu 1% dari volume batu bara. Kendala ketersediaan biomassa. serbuk gergaji itu. kebutuhan 1% kira kira 10 ton per hari. Ke depan akan kami tingkatkan terus, kemudian didorong naik ke 10%. Bahkan beberapa negara 100% digantikan batu bara dengan biomassa,” kata Ikhsan.(RI)