LABUAN BAJO – Pemerintah terus menyuarakan transisi energi kepada negara-negara anggota G20. Hal itu juga dijadikan pembahasan utama dalam forum Energy Transition Working Group (ETWG) edisi II di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Yudo Dwinanda Priaadi, Chair ETWG G20, menjelaskan penyusunan strategi dan mekanisme yang tepat dalam mewujudkan keterjangkauan energi menjadi salah satu poin pembahasan dalam sidang The 2nd Energy Transitions Working Group (ETWG) pada hari pertama, Kamis (23/6), yang dilaksanakan di Hotel Merourah, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Hal ini demi mengantisipasi lonjakan harga energi serta menjaga stabilitas pasar.

Dia menuturkan di Indonesia, pelaksanaan transisi energi di Indonesia perlu berkolaborasi dengan mitra internasional demi pencapaian Net Zero Emission (NZE) di 2060. “Kami butuh memperkuat kemitraan internasional supaya bisa mendukung pengembangan kebijakan dan program transisi energi Indonesia,” kata Yudo disela ETWG II, Kamis (23/6).

Dia menuturkan para anggota G20 menegaskan kembali dukungan untuk kemajuan transisi yang adil, terjangkau dan aman, serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, yang mendasar untuk mencapai emisi nol bersih dan netralitas karbon.

Para anggota G20 juga menerima laporan dari berbagai organisasi internasional atas hasil dialog melalui webinar tentang pembahasan tiga isu utama untuk mempercepat transisi energi bersih, yaitu mengamankan aksesibilitas, meningkatkan teknologi cerdas dan bersih dan memobilisasi keuangan.

“Ini berbeda dengan (penyelenggaraan G20) tahun-tahun sebelumnya. (dialog webinar) terbuka untuk semua negara di dunia. Sejauh ini semuanya menyambut baik laporan-laporan ini,” jelas Yudo.

Guna mempercepat pembahasan tiga isu prioritas, negara G20 mendukung pendekatan Kepresidenan Indonesia untuk menyiapkan stocktake dan serangkaian side events guna membangun konsensus bersama mengenai aksi G20. Pembahasan ini menjadi sangat krusial sebagai bagian dari penyusunan Komunike.

Yudo menyatakan, stocktake memberikan pondasi kuat dalam kerja sama dengan kelompok produsen dan konsumen energi G20.

“Ini tahap yang kritikal, bahannya kita setujui dulu. Setelah itu kita rumuskan ke Komunike. Ini akan membantu anggota G20 untuk menetapkan arah strategis, untuk mengidentifikasi kesenjangan dan tindakan berdampak tinggi pada sektor energi dalam jangka panjang,” jelas Yudo.

Sidang kali ETWG ini juga tengah menyiapkan dua pencapaian teknis dan kebijakan, yaitu Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (COMPACT) dan Bali ROADMAP menuju 2030. Kedua hal tersebut merupakan upaya untuk mendukung kesepakatan global G20 tentang percepatan transisi energi bersih.

Draf Compact sendiri merupakan arah strategis bagaimana mendorong bauran energi dan upaya pengendalian perubahan iklim bersama-sama. “Rancangan tersebut juga bertujuan untuk mengintegrasikan keamanan energi mengingat krisis energi global yang sedang berlangsung,” jelas Yudo. (RI)