JAKARTA – PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Indonesia Power (IP) bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melakukan pemanfaatan jumputan padat hasil olahan dari sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawakucing, sebagai biomassa pengganti batu bara untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar.

“Dalam key performance indicator korporat itu ada co-firing. Artinya program ini harus dilaksanakan tahun ini sampai seterusnya nanti,” ujar Amien Sunaryadi, Komisaris Utama PLN, saat melakukan kunjungan ke TPA Rawakucing di Kota Tangerang, Rabu (28/4).

Sampah di TPA Rawakucing akan diolah menjadi biomassa substitusi batu bara sebagai bahan bakar PLTU. Komposisi sampah di TPA Rawakucing terdiri dari Wood Chips (sampah berbasis kayu), Sampah pasar (tradisional/induk) dan Sampah perkotaan/rumah tangga (Municipal Solid Waste/ MSW).

Indonesia Power bersama Pemkot Tangerang akan melakukan uji coba pertama dengan beberapa variasi komposisi campuran sampah untuk memperoleh pellet SRF (Solid Recovered Fuel) atau RDF (Refused Derived Fuel) yang terbaik. Pemanfaatan ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan sampah di Kota Tangerang.

Ikhsan Asaad, Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, mengatakan program co-firing akan terus dievaluasi, karena ini merupakan jalan yang baik untuk keluar dari permasalahan sampah dan juga untuk mendorong Renewable Energy.

“Saat ini pellet masih dihargai senilai 85% dari harga batu bara. Tetapi ini akan kami evaluasi ke depan. Hal ini seiring dengan semangat kita mendorong percepatan peningkatan penggunaan EBT, karena ini sampahnya diolah menjadi pelet biomassa untuk mensubstitusi batu bara sebagai bahan bakar PLTU,” kata Ikhsan.

Arief R Wismansyah, Walikota Tangerang, menyampaikan apresiasinya kepada PLN dan Indonesia Power yang telah membantu memecahkan permasalahan sampah di Kota Tangerang. Dengan penduduk hampir 2 juta, jumlah sampah di Kota Tangerang saat ini mencapai 1.500 ton.

“Masalah sampah ini tidak hanya di kota, namun di banyak daerah di Indonesia bahkan menjadi perhatian Presiden. Mudah-mudahan dengan penelitian dan ujicoba ini dan kalo kita lihat hasilnya yang sudah terbukti menjadi RDF yang dapat digunakan sebagai pengganti batubara namun kajian ini akan terus kita kembangkan,” katanya.

Melalui kerja sama ini, Pemkot Tangerang akan melakukan pengembangan kelompok masyarakat (community development) dan fasilitasi komersialisasi pasokan bahan bakar jumputan padat.

Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Jumputan tersebut diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasiuntuk menghilangkan kelembaban. Teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).

Saat ini, uji coba cofiring biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton/ hari. Jumlah tersebut harapannya dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.

PLN menargetkan peningkatan kapasitas Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 16 Giga Watt (GW) pada tahun 2024.

Cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di PLTU. PLN berencana untuk dapat melakukan cofiring pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting sampai dengan tahun 2024.(RA)