YOGYAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program mandatori biodiesel untuk transportasi tidak akan berhenti sampai di B30. Penggunaan biodiesel akan terus ditingkatkan hanya saja tetap harus melalui kajian yang tepat sehingga penggunaannya tidak akan mendapatkan tentangan lagi.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menegaskan pemanfaatan produk turunan kelapa sawit harus terus dilanjutkan terutama untuk biodiesel. Pemerintah kata dia tidak berencana untuk mengurangi pemakaian biodiesel ke depan. Malah justru pemanfaatannya akan terus ditingkatkan.

“Secara teknis B40 bisa dilaksanakan tinggal tunggu waktu siap nggak kita produksi lebih banyak CPO (Crude Palm Oil). Untuk manfaatkan jadi B40 B50 sampai B100 someday mungkin kita bisa bikin sampai B100,” kata Arifin disela ENergy Transition Working Grup (ETWG-1) di Yogyakarta, Kamis (24/3).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada tahun 2021, nilai ekonomi dari implementasi B30 mencapai lebih dari US$4 miliar dan berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 25 juta CO2e.

Meskipun penggunaannya akan terus digenjot namun biodiesel bukan tanpa tantangan. Arifin mengatakan, penerapan mandatori biodiesel yang melibatkan multi-stakeholder. “Jadi, sebelum dilaksanakan, penting untuk memastikan bahwa program tersebut memenuhi tiga kriteria utama, yakni layak secara teknis, dapat diandalkan secara ekonomi, dan dapat diterima secara politik serta membutuhkan komitmen dari semua pihak,” ujarnya.

Saat ini kajian komprehensif sedang dilakukan, antara lain menyiapkan kajian tekno ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, serta pengembangan industri pendukung.

Pemerintah juga telah berhasil melakukan uji terbang dengan menggunakan bioavtur 2,4% sebagai upaya pengurangan emisi di sektor penerbangan.

“Terkait dengan kepedulian The International Civil Aviation Organization (ICAO) dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) untuk mengurangi emisi di sektor penerbangan internasional, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait telah berhasil melakukan uji terbang dengan menggunakan bioavtur 2,4%. Keberhasilan ini menambah kepercayaan dan semangat kami untuk mendorong komersialisasi bioavtur,” tambah Arifin. (RI)