JAKARTA – Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk bisa kembangkan teknoklogi Carbon Capture and Storage (CCS). Salah satunya adalah mempelajari dari negara yang sudah terlebih dulu akrab dengan teknologi tersebut.

Norwegia jadi sedikit negara yang sudah paripurna dalam implementasi CCS, untuk itu Indonesia mulai jajaki kerjasama minimal studi bersama terlebih dulu.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan Pada tahun 2022, Indonesia berkesempatan menjadi Presidensi G20 dan mengharapkan kolaborasi dengan berbagai negara untuk mendukung transisi energi. “Kami percaya bahwa kerja sama bilateral dan multilateral dapat saling bahu membahu berkontribusi pada keberhasilan transisi energi,” kata Tutuka (17/6).

Indonesia berharap dapat mempelajari perkembangan Carbon Capture and Storage (CCS), hidrogen dan angin lepas pantai di Norwegia, serta pembiayaan di sektor energi. Di bidang capacity building, “Indonesia mengajak Norwegia bekerjasama dalam peningkatan pengetahuan bagi staf Kementerian ESDM, serta di bidang standar untuk program pelatihan dan industri,” ungkap Tutuka.

Tutuka menegaskan banyak perubahan situasi dan kondisi yang terjadi sejak pertemuan terakhir tahun 2017. Tren saat ini adalah transisi energi. Indonesia telah mulai merumuskan roadmap Net Zero Emission (NZE) mulai tahun 2021 dengan pengurangan emisi sebesar 314 juta ton CO2e pada tahun 2030 dan 1,526 juta ton CO2e pada tahun 2060. Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan beberapa program untuk menjembatani transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. “Pengembangan dan pemanfaatan energi bersih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi pada masa transisi energi,”ujarnya.

Menurut Tutuka, Indonesia belajar banyak tentang CCS/CCUS dari Norwegia. Berdasarkan beberapa penelitian, Indonesia memiliki potensi simpanan CO2 yang cukup signifikan, sekitar 2 giga ton pada depleted reservoir migas. Dan sekitar 9,68 giga ton di cekungan Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Saat ini sejumlah studi dan persiapan CCS/CCUS tengah dilakukan di Indonesia seperti Tangguh EGR/CCUS, Gundih CCUS/CO2-EGR dan Sukowati CO-EOR.

Indonesia juga telah mendirikan National Center of Excellence untuk CCS/CCUS yang diprakarsai oleh Institut Teknologi Bandung dan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia dari tahun 2014 hingga 2015, untuk mendukung studi proyek percontohan CCS Gundih. Pendirian National Center of Excellence ini sejalan dengan komitmen nasional untuk mengurangi emisi CO2.

“Saat ini, Indonesia juga tengah memfinalisasi Peraturan Menteri untuk mendukung pengembangan CCS/CCUS, serta melibatkan pemangku kepentingan termasuk negara-negara Eropa untuk mendapatkan umpan balik dan perbaikan terhadap draft yang telah disusun,” jelas Tutuka. (RI)