JAKARTA-PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), emiten pertambangan batubara salah satu terbesar di Tanah Air, yang juga anak usaha Banpu Plc Thailand, memproyeksikan kenaikan pendapatan tahun ini sebesar 30% menjadi sekitar US$ 1.777 juta atau Rp 23,8 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS), dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu yang mencapai US$1.367 juta atau sekitar Rp 18,45 triliun.

Yulius Gozali, Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah, mengatakan proyeksi peningkatan pendapatan itu ditopang oleh rencana perseroan melakukan diversifikasi bisnis.

“Selama ini kami hanya mengantungi pendapatan dari bisnis pertambangan batubara, dalam tempo tiga tahun ke depan kami juga memproyeksikan tambahan pendapatan dari bisnis listrik sekitar 15%-30%,” ujarnya.

Untuk mencapai target tersebut, pada Oktober 2016 perseroan mendirikan anak usaha PT ITM Banpu Power. Anak usaha itu tengah membidik proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 5 berkapasitas 2X1.000 megawatt.

“Selain PLTU, kami juga tetap masuk ke bisnis energi baru terbarukan seperti surya, air, dan angin,” katanya.

Kendati begitu, menurut Yulius, perseroan tetap mengandalkan batubara sebagai penerimaan pendapatan terbesar. Tahun lalu, Indo Tambangraya memproduksi 25,6 juta ton batubara dan menjual 26,7 juta ton. Sebanyak 6,7 juta ton dikapalkan ke China, Jepang 5,2 juta ton, Indonesia 3,7 juta ton, India 2,8 juta ton, Filipina 2,3 juta ton, Korea Selatan 1,5 juta ton, Thailand 2,2 juta ton, Italia 0,5 juta ton, Taiwan 0,9 juta ton, Malaysia 0,3 juta ton, dan pembeli lain 0,5 juta ton.

Produksi batu bara Indo Tambangraya pada 2016 berasal dari sejumlah anak usaha, yakni PT Indominco Mandiri 15,5 juta ton, PT Trubaindo Coal Mining 5,8 juta ton, PT Jorong Barutama Greston 1 juta ton, PT Kitadin-Embalut 0,8 juta ton, dan PT Bharinto Ekatama 2,6 juta ton.

Indominco, Trubaindo, Bharinto dan Jorong Barutama merupakan Perusahaan Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Sedangkan Kitadin merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).

“Tahun ini kami targetkan produksi sekitar 27 juta ton,” katanya.

Indo Tambangraya tahun lalu membukukan pendapatan US$1,36 miliar, turun 13,9% dibanding raihan 2015 yang mencapai US$1,58 miliar. Namun seiring keberhasilan dalam menekan beban pokok dan beban penjualan, perseroan mencatat kenaikan laba bersih yang signifikan sebesar 107% menjadi US$130,7 juta. (RA)