JAKARTA – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memasang target tinggi untuk ambil bagian dalam target pemerintah menuju Net Zero Emissions (NZE) tahun 2060. Salah satunya adalah dengan menetapkan target jangka menengah hingga tahun 2030.

Kebutuhan energi dipastikan akan terus meningkat apalagi jika ekonomi terus tumbuh. Sebagai perusahaan energi yang siap memenuhi kebutuhan masyarakat dan masih berbasis pada bisnis migas, manajemen Medco menyadari dengan adanya target peningkatan produksi migas untuk memenuhi peningkatan kebutuhan maka akan ada konsekuensi berupa emisi yang dihasilkan.

Kerangka keberlanjutan yang disusun manajemen Medco Energi telah memberikan landasan bagi strategi perubahan Iklim dan aspirasi emisi NZE. Medco Energi berkomitmen mencapai emisi Net Zero Scope 1 dan 2 pada tahun 2050 dan Scope 3 pada tahun 2060, serta baru-baru ini menerbitkan target interim untuk tahun 2025 dan 2030.

Firman Dharmawan, Senior Manager Corporation, Sustainability & Risk Management Medco Energi, mengungkapkan bahwa manajemen sadar betul akan adanya konsekuensi dari upaya peningkatan produksi migas. Untuk itu ada tiga strategi utama Medco yang diusung sebagai respon adanya emisi yang dihasilkan dari upaya peningkatan produksi migas. Selain itu strategi utama ini sejalan dengan target Medco yang juga bakal berperan aktif mendukung Indonesia mencapai NZE tahun 2060 atau lebih cepat.

Pertama adalah mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari kegiatan operasi Medco. Kedua mengurangi emisi metana dari kegiatan eksplorasi dan produksi migas dan ketiga dengan melakukan transisi energi yakni menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Untuk strategi pertama,  beberapa langkah yang dilakukan misalnya menjalankan pilot project Carbon Capture and Storage (CCS) hulu migas pada tahun 2025. Lalu mengadopsi sumber energi terbarukan, hydrogen dan memperluas penangkapan natural karbon. Selanjutnya adalah berkolaborasi pada rantai pasok dan nilai untuk meningkatkan efisiensi serta mengungkap emisi cakupan 3 dan menetapkan target interim pada tahun 2025.

Berdasarkan data perusahaan dalam tiga tahun terakhir emisi gas rumah kaca secara konsisten memang terus mengalami penurunan, dari posisi tahun 2019 sebesar 5,3 juta ton setara CO2 menjadi 4,6 juta ton setara CO2  pada tahun 2020. Emisi tersebut kembali berhasil diturunkan lagi pada tahun 2021 menjadi 4,4 juta ton setara CO2. Medco kata Firman memiliki target bisa menurunkan lagi emisi gas rumah kaca sebanyak 25% di tahun 2025 dan 30% tahun 2030.  “Pertama kurangi emisi dari operasi yang sekarang terjadi,”ungkap Firman saat memaparkan strategi Medco.

Selanjutnya adalah pengurangan emisi metana. Untuk emisi metana ini pengurangannya dalam tiga tahun terakhir juga cukup signifikan. Tahun 2019 dari posisi 158 juta ton setara CO2 menjadi 136 juta ton setara CO2 di tahun 2020 dan kembali turun menjadi 131 juta ton setara CO2 di tahun 2021. Selanjutnya ditargetkan bisa turun lagi sebesar 25% tahun 2025 dan 37% pada tahun 2030. “Emisi metana isu penting yang dibicarakan saat COP 26, karena dalam hal pemanasannya itu 25 kali lebih besar dari gas biasa. Sehingga penurunan sangat penting,” ujar Firman.

Adapun cara yang diusung Medco untuk menurunkan emisi metana antara lain dengan memperluas fokus pada pengurangan flaring, venting dan emisi fugitive. Kemudian dengan menghilangkan routine flaring pada tahun 2030 atau lebih cepat.

Terakhir adalah peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan berbasis EBT. Hingga tahun 2030 nanti manajemen Medco menargetkan kapasitas EBT bisa mencapai 30% dari seluruh bisnis pembangkit listrik yang dimiliki Medco. Sementara sisanya adalah merupakan pembangkit bertenaga gas.

Untuk strategi ketiga ini sebagai pemeran utamanya akan dimainkan oleh anak usaha Medco yaitu PT Medco Power Indonesia (MPI). Firman menuturkan ada beberapa variasi alternatif EBT yang dikembangkan MPI yaitu panas bumi dan tenaga matahari atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). “Bagaimana kita bertransisi ke energi rendah karbon nah ini peran Medco Power sangat penting karena mereka ujung tombak kembangkan EBT misalkan solar cell, panas bumi,” jelas Firman.

Saat ini Medco Power sedang membangun PLTS di Bali dengan kapasitas 2×25 Megawatt Peak (MWp). Serta di Sumbawa dengan kapasitas 26 MWp. Untuk PLTS di Sumbawa ini terasa lebih spesial karena listrik yang dihasilkan akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan operasional tambang PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Itu menunujukkan bahwa Medco tutur serta mendukung kegiatan tambang berkelanjutan dan bersih sehingga produk tambang yang dihasilkan juga tergolong “green” dimana listriknya berasal dari EBT.

Jangan lupakan juga bagaimana Medco menjadi salah satu perusahaan yang pertama mengembangkan panas bumi. “Kita ada PLTP Sarulla 330 MW, ada pengembangan panas bumi di Blawan ijen. Bayu (angin) kita juga pelajari bukan tidak mungkin masuk ke situ,” ujar Firman.

Menurut Firman, climate change atau perubahan iklim sudah nyata terjadi dengan berbagai gejolak alam yang belakangan terjadi sudah menandakan bahwa harus ada tindakan untuk merespon hal itu. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan beradaptasi. Ini yang sedang dilakukan oleh Medco Energi. Namun demikian untuk menjalankan berbagai strategi dalam merespon perubahan iklim tersebut dibutuhkan dukungan.

Firman menjelaskan daya pendukung pertama adalah sistem tata kelola perusahaan. Kemudian manajemen data. “Komitmen manajeman dari bawah sampe atas. Sangat penting karena semua yang kita lakukan harus disampaikan ke publik, transpransi lalu berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Ini pesannya berat tapi bagaimana terjemahkan ini dengan baik sehingga public jadi aware dan jadi turut serta dalam penanganan perubahan iklim,” jelas Firman.

Perseroan berkomitmen menerapkan praktik dan standar global Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) terbaik, termasuk standar Global Reporting Initiative serta Sustainable Development Goals (SDGs) .

Hingga saat ini, Medco telah mencapai 90% dari metrik dan target keberlanjutan lima tahun yang ditetapkan dalam Penilaian Materialitas 2018 dengan fokus penguatan kebijakan, tata kelola, sistem, kemampuan, dan budaya keberlanjutan. Selama 2019-2021, peringkat ESG Perseroan dari lembaga MSCI meningkat dari B, menjadi BB kemudian BBB dan skor Sustainalytics meningkat dari 49,9 menjadi 42,2. Pada 2022, Medco Energi terus memperbaiki kinerja dan pengungkapan ESG dengan melakukan pembaruan Penilaian Materialitas untuk menetapkan metrik dan target keberlanjutan 2022-2027. Selain itu juga, menerbitkan laporan Task Force on Climate-Related Financial Disclosure (TCFD) untuk pertama kalinya dan melaporkan kinerja emisi Perusahaan untuk tahun kedua di platform CDP (sebelumnya dikenal sebagai Carbon Disclosure Project).

“Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target yang terukur dalam Strategi Perubahan Iklim dan Transisi Energi. Strategi ini dikembangkan melalui proses multi tahun untuk membangun pemahaman internal dan infrastruktur yang diperlukan dalam mengelola risiko Perubahan Iklim,” kata Firman. (RI)