JAKARTA – Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) Oktober 2019 turun 1,6% menjadi US$59,82 per barel dibanding rata-rata ICP September US$60,84 per barel.

Penurunan ICP mengikuti tren negatif harga minyak dunia akibat pesimisme pasar akan tercapainya kesepakatan dalam pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS) – China tahap 1.

Untuk ICP SLC turun sebesar US$ 1,08 per barel dari US$61,06 per barel menjadi US$59,98 per barel.

Harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Oktober 2019, turun dibanding September 2019.

Penurunan harga minyak juga disebabkan  meningkatnya keyakinan pasar atas jaminan pasokan minyak mentah global (security of supply) seiring dengan semakin meningkatnya stok minyak mentah komersial negara-negara OECD.  Laporan International Energy Agency (IEA) periode Oktober 2019 mencatat, stok minyak mencapai rekor lebih dari tiga juta barel serta tambahan stok dari negara-negara anggota IEA sebesar 1,6 juta barel yang setiap saat dapat dilepas ke pasar.

Asumsi pasar bahwa permintaan minyak mentah global akan tetap melemah seiring memburuknya pertumbuhan ekonomi global, juga menyebabkan penurunan harga minyak Oktober.

Pemicu lainnya adalah keraguan pasar terhadap realisasi dari wacana OPEC+ untuk memperbesar volume pemotongan produksi dalam pertemuan bulan Desember 2019 mendatang, setelah Rusia menunjukan sikap waspada dalam menanggapi wacana tersebut.

Terakhir, respon pasar minyak yang negatif atas sejumlah serangan di beberapa fasilitas minyak mentah di Arab serta kepastian bahwa Arab Saudi dapat mengembalikan sebagian besar pasokan minyak yang hilang, lebih cepat dari yang diperkirakan.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian regional yang ditandai dengan keterlibatan pemerintah yang terus-menerus dalam pemberian stimulus, terutama penyesuaian tingkat suku bunga, seperti yang terjadi di China dan India.

Selain itu, melemahnya margin kilang di Asia seiring peningkatan biaya pengangkutan akibat pengenaan sanksi AS terhadap sejumlah perusahaan pelayaran China. Serta berkurangnya ketersediaan kapal akibat proses perbaikan untuk mematuhi ketentuan pembatasan sulfur oleh IMO. Pasokan produk minyak juga berlimpah akibat peningkatan aktifitas kilang di beberapa negara Asia.

Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional, sebagai berikut:

– Dated Brent turun sebesar US$ 3,05 per barel dari US$ 62,77 per barel menjadi US$ 59,72 per barel.
– WTI (Nymex) turun sebesar US$ 2,96 per barel dari US$ 56,97 per barel menjadi US$ 54,01 per barel.
– Basket OPEC turun sebesar US$ 2,48 per barel dari US$ 62,36 per barel menjadi US$ 59,88 per barel.
– Brent (ICE) turun sebesar US$ 2,66 per barel dari US$ 62,29 per barel menjadi US$ 59,63 per barel.(RI)