JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi serapan batu bara domestik (Domestic Market Obligation (DMO) hingga Mei 2021 telah mendapai 51,8 juta ton. Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, menyatakan target DMO untuk 2021 sebesar 137,5 juta ton. Ridwan optimistis target hingga akhir tahun itu akan tercapai.

“Pada 31 Mei telah tercapai 51,8 juta ton. Kami pastikan kebutuhan batu bara dalam negeri akan tetap terpenuhi,” kata Ridwan di sela rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (7/6).

Untuk target produksi 625 juta dan sudah tercapai 38% atau 237 juta ton. Ridwan mengakui produksi sempat tersendat diawal tahun lantaran adanya gangguan cuaca, padahal pemerintah baru saja menambah target produksi tahun ini sebesar 75 juta ton. “Beberapa kendala yang dialami perusahaan batu bara adalah kondisi cuaca, bencana pada awal 2021,” ungkap Ridwan.

Pemerintah optimistis produksi bisa berjalan lancar hingga akhir tahun, apalagi Harga Batu Bara Acuan (HBA) Juni sudah tembus US$100an per ton. HBA melesat ke angka US$100,33 per ton pada Juni 2021 atau naik US$10,59 per ton dibanding periode Mei 2021 sebesar US$89,74 per ton. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak November 2018, yaitu US$97,90 per ton.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, mengungkapkan tren kenaikan harga batu bara dalam dua bulan terakhir terutama didorong oleh peningkatan permintaan dari Tiongkok akibat periode musim hujan di negara tersebut, serta semakin tingginya harga domestik batu bara setempat. “Kenaikan permintaan (Tiongkok) untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik,” kata Agung.

Musim hujan ekstrim, menurut Agung, ikut memperketat kapasitas pasokan batu bara Tiongkok. “Faktor ini yang memicu harga batu bara global ikut terimbas naik,” kata Agung.(RI)