JAKARTA – Realisasi penerimaan negara dari PT Freeport Indonesia masih sangat jauh dari target yang dipatok pada awal 2020. Berdasarkan data Mining Industry Indonesia (MIND ID), hingga Mei tahun ini total kontribusi Freeport kepada negara baru US$117,6 juta atau 18% dari target yang dicanangkan pada Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) 2020 sebesar US$650,9 juta.

Kontribusi Freeport Indonesia berasal dari pajak US$71,7 juta, PNBP sebesar US$45,8 juta, royalti US$31,2 juta dan bea keluar US$8,5 juta. Serta penerimaan lainnya US$ 6,1 juta.

Sejak 2019 dan 2020 Freeport dipastikan tidak menyetor dividen ke PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), BUMN dibawah naungan MIND ID, lantaran kegiatan produksi dari area tambang bawah tanah masih belum optimal.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, mengatakan dalam perhitungan yang ada dengan status Freeport menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) harusnya meningkatkan penerimaan negara. Misalnya saja peningkatan pendapatan negara dari sebelumnya saat Kontrak Karya (KK) US$1,68 miliar menjadi US$1,72 miliar per tahun. “Itu total pendapatan negara termasuk yang diterima daerah, belum termasuk dividen yang akan diterima MIND ID,” kata Orias di Gedung DPR RI, Selasa (30/6).

Selain itu, pendapatan daerah Papua yang pada saat KK hanya US$4 juta setelah divestasi 51% seharusnya juga meningkat menjadi US$149 juta dan peningkatan pendapatan Kabupaten Mimika yang diklaim bisa mencapai US$ 58 juta per tahun dibandingkan sebelumnya hanya US$1,6 juta. Dengan asumsi harga tembaga US$3.00.per lbs dan harga emas US$ 1.200,00 per troy ounce serta volume produksi bisa tercapai.

MIND ID melalui Inalum memiliki mayoritas saham Freeport Indonesia pada akhir 2018 lalu. Biaya yang harus dikeluarkan dari kocek perusahaan senilai US$3,85 miliar. Perusahaan pun mencari dana hingga US$4 miliar yang merupakan penerbitan global bond terbesar yang pernah ada di tanah air.

Orias mengatakan mulai tahun depan, MIND ID menargetkan Freeport menyetor dividen US$350 juta. Lalu, pada 2023 hingga tahun selanjutnya, dividen akan diprediksi minimal US$ 1 miliar.

“Level produksi di 2021 akan sama ekspektasinya seperti 2018. Kami ekspektasi dapat dividen 2021 itu US$ 350 juta dan akan meningkat bertahap” kata Orias.(RI)