JAKARTA – PT PLN (Persero) menyatakan seluruh sistem kelistrikan di Indonesia dalam kondisi cukup, bahkan sebagian besar memiliki cadangan daya lebih dari 30%. Ketersediaan daya tak lepas dari pembangunan infrastruktur yang dilakukan.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN,  mengatakan dari sisi pembangkit, hingga September 2020 atau kuartal III tahun ini, kapasitas yang dimiliki PLN telah mencapai 63,3 Gigawatt (GW). “Meningkat sekitar 7,8 GW sejak 2015 yang ketika itu baru mencapai 55,52 GW,” kata Zulkifli, Sabtu (31/10).

Menurut Zulkifli, penambahan kapasitas pembangkit tersebar di seluruh Indonesia. Di Sumatera, pada 2015 sebesar 11,4 GW meningkat menjadi 12,6 GW, kemudian di Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara meningkat dari 37,8 GW menjadi 41,8 GW. Lalu untuk sistem Kalimantan meningkat dari 2,5 GW menjadi 3,9 GW. Untuk daya di Sulawesi dari 2,96 GW menjadi 3,62 GW, kemudian untuk sistem kelistrikan di Maluku dan Papua dari 0,8 GW menjadi 1,3 GW.

Zulkifli menegaskan seiring dengan meningkatnya kapasitas pembangkit, untuk memastikan pasokan listrik dapat tersalurkan dengan baik, PLN juga melakukan pembangunan gardu induk (GI) dan jaringan transmisi.

Untuk GI, pada 2015 terdapat 1.499 buah dengan total kapasitas sebesar 92 ribu Mega Volt Ampere (MVA). Jumlah tersebut meningkat menjadi 2.161 buah pada September 2020 dengan total kapasitas mencapai 146 ribu MVA. “Terdapat penambahan 662 buah dengan total kapasitas meningkat sekitar 54 ribu MVA,” ujar Zulkifli.

Di sisi jaringan transmisi, pada 2015 panjang jaringan transmisi baru mencapai 41 ribu kilometer sirkuit (kms) meningkat menjadi 60 ribu kms. Terdapat penambahan panjang jaringan transmisi hampir 19 ribu kms.

Ketersediaan pasokan listrik, tentu sejalan dengan bertambahnya jumlah pelanggan yang dilayani PLN. Pada 2015, jumlah pelanggan PLN sebesar 61 juta, meningkat menjadi 78 juta pada September 2020.

“Dengan tersedianya pasokan listrik yang cukup, kami memastikan bahwa PLN siap memenuhi kebutuhan listrik, tidak hanya untuk rumah tangga, tetapi juga untuk kebutuhan industri maupun bisnis,” ungkap Zulkifli.

Dia menuturkan dengan tersedianya pasokan listrik yang andal, didukung dengan model bisnis dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, membuat akses terhadap listrik kini semakin mudah. Hal itu dibuktikan dengan raihan peringkat Getting Electricity dalam Indeks Kemudahan Berbisnis ( Ease of Doing Business /EODB) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. “Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringat ke 78, sementara pada tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ke-33,” kata Zulkifli.(RI)