JAKARTA – Minyak bagian negara yang diproduksikan ExxonMobil dari Lapangan Banyuurip, Blok Cepu akhirnya diekspor. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan ekspor terpaksa dilakukan karena minyak tidak terserap di dalam negeri.

“Ya diekspor minyak bagian negara, kurang lebih enam juta barel,” kata Arief S Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas kepada Dunia Energi, Sabtu (5/12).

Selain diekspor sebagian minyak bagian negara dari Blok Cepu dibeli lagi oleh kontraktor pengelola, yakni Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL). Penjualan minyak jatah negara ke pasar internasional ini dilakukan PT Pertamina (Persero) yang ditugaskan memasarkan minyak negara.

Arief berharap langkah ekspor ini tidak akan berlanjut. Artinya ke depan jatah bagian negara bisa kembali diserap oleh pasar domestik.

“Mudah-mudahan (ekspor) kali ini saja,” tukasnya.

Ufo Budiarius Anwar, Senior Manager Monetisasi Minyak dan Kondensat SKK Migas, sebelumnya mengungkapkan, ekspor minyak bagian negara sangat dimungkinkan. Hanya saja ada syarat atau langkah itu bisa dilakukan dalam keadaan tertentu. Pertama, ketika produksi lebih besar daripada kebutuhan. Sementara normalnya produksi minyak di dalam negeri masih jauh dibawah kebutuhan.

Hanya saja dalam kondisi sekarang ini, meski secara umum kebutuhan minyak nasional masih di bawah produksi, adanya pandemi Covid-19 membuat fasilitas penyimpanan tidak lagi bisa menampung produksi minyak, akibat konsumsi BBM masyarakat yang anjlok drastis.

Kondisi tersebut kini terjadi di Blok Cepu dimana sudah tidak ada lagi fasilitas yang bisa digunakan sebagai penampungan sementara.

“Kami ekspor minyak Banyu Urip sekarang karena permintaan berkurang dan fasilitas penyimpanan tidak cukup,” ungkap Ufo disela Indonesia Oil and Gas Convention 2020.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas saat dikonfirmasi juga mengakui adanya  ekspor minyak Blok Cepu yang harus ditempuh. Ini semata-mata terpaksa dilakukan untuk menjaga level produksi agar tidak diturunkan.

Sebelumnya minyak jatah KKKS juga langsung diekspor atau tidak diserap oleh Pertamina.

“Tugas saya operasional, pokoknya enggak sampai tanki penuh dan produksi jalan terus,” ungkap Julius.

Menyusul jatuhnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM), Pertamina sebagai penyerap minyak Blok Cepu telah menambah satu kapal minyak kapasitas besar (Very Large Crude Carrier/VLCC) di blok migas tersebut. Kapal ini digunakan untuk menampung minyak yang belum dapat diserap Pertamina. Selama ini produksi minyak dari blok migas yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited ini hanya ditampung di fasilitas penampungan dan bongkar muat terapung (floating storage and offloading/FSO) Gagak Rimang.

Saat ini produksi minyak dari Blok Cepu telah mencapai lebih dari 229 ribu barel per hari (bph). Jika tren konsumsi BBM dalam negeri masih rendah dan tangki penyimpanan penuh, terdapat potensi tingkat produksi minyak di blok yang merupakan produsen minyak terbesar di Indonesia itu diturunkan.(RI)