NEW YORK– Harga minyak mentah di pasar global kembali pada posisi bullish pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (10/1) pagi WIB karena persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) jatuh pekan lalu. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik US$2,58 menjadi menetap pada US$52,36 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret, naik US$2,72 menjadi ditutup pada US$61,44 per barel di London ICE Futures Exchange.

Persediaan minyak mentah komersial AS turun 1,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 4 Januari 2019. Pada 439,7 juta barel, persediaan minyak mentah AS berada sekitar delapan persen di atas rata-rata lima tahun untuk sepanjang tahun ini, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam sebuah laporan mingguan pada Rabu (9/1).

Penurunan persediaan terjadi di tengah meningkatnya impor minyak mentah, yang mencatat rata-rata 7,8 juta barel per hari pada pekan lalu, kata laporan itu seperti dikutip dari Xinhua. Hal itu, lebih lanjut, mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan di seluruh dunia.

Selama empat pekan terakhir, impor minyak mentah AS rata-rata mencapai 7,6 juta barel per hari, 3,6 persen lebih rendah dari periode empat minggu yang sama tahun lalu.

Momentum positif untuk minyak mentah juga didorong oleh pasar saham yang positif, yang terangkat oleh harapan-harapan hasil baik dari perundingan perdagangan yang baru saja selesai antara pejabat-pejabat perwakilan dagang AS dan China di Beijing, Kementerian Luar Negeri China mengkonfirmasi pada Rabu (9/1).

Hasil dari pembicaraan akan segera keluar, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang kepada wartawan. Ia menambahkan, “Saya percaya jika mereka adalah hasil yang baik, tidak hanya China dan AS, tetapi juga ekonomi dunia, akan mendapat keuntungan.”

“Pembicaraan dengan China berjalan sangat baik!” Presiden AS Donald Trump men-tweet pada Selasa (8/1) pagi, tanpa memberikan rincian. (RA/ANT)