JAKARTA- Harga minyak melanjutkan penguatan dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipicu menguatnya harapan kembali pulihnya permintaan di pasar global.

Mengutip Reuters, Senin (17/2), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2020 naik US$63 sen, atau sekitar 1,23%, menjadi 52,05 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan Brent untuk pengiriman April 2020 meningkat US$98 sen, atau sekitar 1,74%, menjadi US$57,32 per barel di London ICE Futures Exchange.

Dalam sepekan terakhir, harga minyak WTI melonjak 3,44%, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 5,23%.

Melansir Xinhua, Senin (17/2) ini merupakan kenaikan harga minyak terpanjang sepanjang tahun ini. Minyak mentah WTI dan Brent sebelumnya sempat turun masing-masing sebesar 14,76% dan 13,15%, tahun ini.

Harapan pulihnya permintaan minyak global menguat seiring kembali beroperasinya pabrik-pabrik di Tiongkok meski negara tersebut masih diliputi epidemi virus Corona (COVID-19).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tambahan jumlah kasus tidak berarti epidemi itu meluas. Namun, itu merupakan dampak keputusan pemerintah China memperbaharui tata cara perhitungan.

Hingga Sabtu (15/2), jumlah korban tewas akibat epidemi Virus Corona mencapai angka 1.523 korban jiwa.

“Tesis dasar kami menyatakan tekanan permintaan minyak hanya akan terjadi di China. Kondisi ini belum meluas hingga mempengaruhi permintaan global,” kata Kepala Strategi Komoditas di Citadel Magnus Helima Croft.

Selain itu, pabrik-pabrik di China mulai beroperasi kembali. Dari sisi moneter, pemerintah China memberikan pelonggaran kebijakan.

Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan wabah itu berpotensi menurunkan permintaan minyak kuartal I 2020. Menanggapi kondisi itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+ mempertimbangkan untuk memperdalam pengurangan produksi.

Dan Brouilette, Sekretaris Energi AS, telah berulang kali meremehkan dampak wabah virus korona Tiongkok di pasar energi global. Dia percaya bahwa Tiongkok dapat mengambil langkah agresif untuk mengendalikan wabah ini. Brouilette menegaskan kembali posisinya sesaat setelah OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) secara dramatis menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun ini.

OPEC merilis laporan bulanan pada Rabu pekan lalu, mengatakan ekspektasinya untuk pertumbuhan permintaan minyak mentah pada 2020 akan menjadi 990 ribu 000 barel per hari, turun 230 ribu barel per hari dari perkiraan sebelumnya.

Komite Teknis Bersama OPEC+ pekan lalu merekomendasikan agar OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia dan sembilan negara lainnya, memangkas produksi dengan tambahan 600 ribu barel per hari hingga kuartal kedua untuk mendukung harga.

Pemotongan produksi saat ini sebesar 1,7 juta barel per hari diamati oleh OPEC+ akan berlangsung hingga Maret. Para menteri OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 5-6 Maret di Wina, Austria untuk membahas langkah-langkah mendukung harga minyak mentah. (RA)