SEOUL – Harga kontrak minyak diprediksi bakal menuju penurunan bulanan terbesar sejak Juli setelah Iran mengisyaratkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak akan mengurangi target produksi pada pertemuan pekan ini.

Mengacu data yang dilansir Bloomberg, Senin (30/11) pukul 12:39 waktu Seoul, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang diperdagangkan di New York Merchantile Exxhange untuk pengiriman Januari masin naik US$8 sen di posisi US$41,79 per barel.

Pada perdagangan Jumat (27/11), harga kontrak minyak sejenis turun U$1,33 atau 3,1% ke level U$ 41,71 . Volume semua berjangka yang diperdagangkan adalah sekitar 42% di bawah rata-rata 100 hari .

Menteri Minyak Iran Bijan Namdar Zanganeh mengharapkan, ada keputusan besar yang akan mengubah target produksi OPEC saat kelompok bertemu pada 4 Desember di Wina. Harga minyak melandai pada akhir pekan lalu setelah Libya berusaha meningkatkan pasokan dan Rusia mengesampingkan pembalasan militer terhadap Turki yang menembak jatuh jet Rusia di dekat perbatasan Suriah.

Minyak bersiap untuk berada rata-rata di bawah US$50 per barel untuk bulan keempat, yang merupakan rentetan terpanjang sejak krisis keuangan global, seiring melimpahnya pasokan. Iran mengatakan pihaknya akan mengumumkan rencana pada pertemuan Wina untuk menambahkan pasokan.

Sementara itu, harga kontrak minyak jenis  Brent untuk pengiriman Januari berada US$5 sen lebih rendah pada level US$44,81 per barel di London berbasis ICE Futures Europe Exchange. Harga telah turun hampir 10% bulan ini.(LH)