SINGAPURA– Harga minyak global pada Senin (7/1) pagi menguat dan terangkat oleh optimisme bahwa perundingan akan segera menyelesaikan perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Di sisi lain, pengurangan pasokan oleh produsen-produsen besar juga mendukung pasar.

Minyak mentah berjangka internasional Brent berada di level US$57,75 per barel pada pukul 00.40 GMT (07.40 WIB), naik US$69 sen atau 1,2%, dari penutupan terakhir mereka. Sedangkan menurut Reuters yang dilansir antaranews.com, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), berada di US$48,6 per barel, naik US$64 sen atau 1,3%.

Pasar keuangan sedang terangkat pada Senin pagi di tengah ekspektasi bahwa negosiasi perdagangan tatap muka antara delegasi dari Washington dan Beijing, yang akan dimulai pada Senin, akan mendorong berkurangnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu.

Lebih mendasar untuk pasar minyak, para pedagang mengatakan harga minyak mentah berjangka didukung oleh pengurangan pasokan yang dimulai akhir tahun lalu oleh sekelompok produsen Organisasi Negara-neara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah, serta Rusia yang bukan anggota OPEC.

Tetapi tidak semua faktor menunjukkan untuk harga yang lebih tinggi.

Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah tetap pada rekor 11,7 juta barel per hari (bpd) pada minggu terakhir 2018, menurut data mingguan dari Badan Informasi Energi (EIA) yang dirilis pada Jumat (4/1). Hal itu membuat Amerika Serikat sebagai produsen minyak terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi. Rekor produksinya juga menambah stok bahan bakar AS.

Persediaan minyak mentah AS naik 7.000 barel dalam pekan yang berakhir 28 Desember, menjadi 441,42 juta barel.

Stok destilat dan bensin, masing-masing naik 9,5 juta barel dan 6,9 juta barel menjadi 119,9 juta barel dan 240 juta barel, data EIA menunjukkan.

“Kelebihan pasokan AS tetap menjadi kekhawatiran bearish,” kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia-Pasifik di pialang berjangka Oanda di Singapura. (RA/ANT)