JAKARTA – Laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada 2019 diestimasi turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$304,9 juta. Hingga September 2019, laba bersih PGN turun 47,1% menjadi US$129,1 juta dibanding periode yang sama 2018 sebesar US$244,3 juta.

“Pada 2019 pencapaian laba cukup mengalami penurunan karena kenaikan harga pokok pembelian dari hulu karena kami membeli dari kkks lima tahun terakhir naik kurang lebih 3% per tahun,” kata Gigih Prakoso Direktur Utama PGN disela RapatĀ  Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (3/2).

Selain itu, Gigih mengakui bahwa terjadi penurunan konsumsi gas. Khususnya dari pelanggan industri yang merupakan salah satu konsumen utama PGN selain pembangkit listrik. Pemakaian gas oleh industri rendah sehingga hanya tumbuh 1%.

PGN kata Gigih juga memberikan program pemberlakuan harga gas khusus. PLN jadi pelanggan khusus yang mendapatkan harga berbeda dari PGN. Menurut Gigih ini membuat PLN efisien dengan memperoleh harga gas khusus dari PGN. “Harga khusus kepada PLN untuk mendukung penurunan biaya pokok produksi PLN,” tukas Gigih.

Menurut Gigih, PGN juga sudah sebenarnya sudah mendukung industri untuk tumbuh dengan tidak adanya kenaikan harga gas dalam lima tahun terakhir. Ini juga menjadi salah satu faktor tidak primanya kinerja keuangan perusahaan ditengah meningkatnya berbagai komponen biaya lain, seperti harga gas dari hulu. “Lima tahun terakhir PGN tidak menaikkan gas sehingga industri tumbuh,” tegas Gigih.

Ke depan, PGN sudah menyiapkan rencana strategis untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangannya. “Fokus menyalurkan gas bumi lebih banyak dan efisien. PGN jalankan bisnis gas terintegrasi pipa, CNG, LNG,” kata Gigih.

“Lima tahun terakhir PGN juga tidak naikkan gas sehingga industri tumbuh, 5 tahun terakhir baik peerimaan negara total Rp 6,6 triliun. terdiri dividen pajak, dan iuran kegiatan usaha yang kami setorkan ke BPH Migas,” kata Gigih.(RI)