JAKARTA – PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), emiten pemurnian LPG, mencatat pendapatan US$ 30,37 juta pada sembilan bulan 2015, turun dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 32,56 juta. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari penjualan LPG yang mencapai 84,16%.

Manajemen Surya Esa dalam laporan keuangannya yang dirilis akhir pekan lalu, menyebutkan harga gas sangat fluktuatif seiring dengan perubahan permintaan dan penawaran dari pelanggan.Saat ini terdapat risiko yang tinggi, sehingga harga gas masih akan berfluktuasi signifikan. Perseroan diperkirakan akan mengalami dampak negatif dari penurunan harga gas.

“Perseroan yakin cara mengelola risiko fluktuasi harga gas yang paling baik adalah dengan mengelola biaya produksi dan optimisasi operasi kilang,” kata Chander Vinod Laroya, Direktur Eksekutif Surya Esa.

Seiring penurunan pendapatan, laba bersih perseroan turun menjadi US$ 4,98 juta dibanding periode sembilan bulan tahun lalu sebesar US$ 10,44 juta.

Pada awal tahun, perseroan menargetkan pendapatan 2015 sebesar US$ 50 juta. Peningkatan target pendapatan akan ditopang peningkatan produksi liquifed petroleum gas (LPG) seiring tuntasnya ekspansi kilang. Dengan ekspansi yang dilakukan perseroan, produksi LPG diharapkan naik sebesar 190 ton per hari, naik 58% dari estimasi produksi 2014 yang hanya sekitar 120 ton per hari.

Surya Esa telah telah berinvestasi sebesar US$ 23 juta untuk proyek ekspansi kilang LPG. Dengan ekspansi tersebut, kapasitas produksi LPG perseroan akan meningkat menjadi 60 ribu ton per tahun pada 2015 dibanding tahun lalu sebesar 40 ribu ton.

Perseroan pada Agustus 2007, menandatangani perjanjian penjualan elpiji dengan PT Pertamina (Persero). Surya Esa memasok. 110 metrik ton per hari atau 36.300 MT per tahun. Pada Agustus 2013, kontrak diperpanjang selama 5 tahun.(AT)