JAKARTA – Kenaikan harga batu bara global yang terus berlanjut sampai ke level US$180,4 per ton diklaim semakin memperkokoh kinerja keuangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), perusahaan tambang batu bara lima besar nasional, yang secara konsisten menerapkan strategi manajemen biaya yang berhati-hati.

Mulianto, Direktur Utama Indo Tambangraya Megah, mengatakan di tengah peningkatan harga batu bara yang tajam, perusahaan tetap menerapkan efisiensi biaya secara disiplin untuk mampu memaksimalkan keuntungan dari momentum kenaikan harga sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang solid sekalipun pandemi berkepajangan dan kegiatan penambangan melambat akibat hujan ekstrim yang terus-menerus.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, Indo Tambangraya mencatat perolehan rata-rata harga batu bara sebesar US$89,0 per ton, naik 65% dari US$53,8 per ton secara tahunan dengan total volume penjualan 14,8 juta ton. Penjualan bersih tercatat sebesar US$1,32 miliar pada sembilan bulan pertama 2021, sedangkan marjin laba kotor naik 24% menjadi 40%.

“Kenaikan harga jual rata-rata yang kuat ditambah kontrol biaya yang disiplin dan konsisten, semakin memperkuat arus kas perusahaan,” kata Mulianto, Selasa (16/11).

EBITDA perusahaan tercatat sebesar US$514 juta pada sembilan bulan pertama 2021, naik 309% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih naik signifikan sebesar 603% dari US$39 juta pada sembilan bulan pertama 2020 menjadi US$271 juta pada periode yang sama tahun ini. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar US$0,25 per saham.

“Dari volume target penjualan 20,2–20,4 juta ton untuk tahun ini, seluruhnya telah memperoleh kontrak penjualan. Sebanyak 84% harga jualnya telah ditetapkan, sedangkan sisanya 16% mengacu pada indeks harga batubara,” ungkap Mulianto.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, Indo Tambangraya telah menjual 14,8 juta ton batu bara yang meliputi China (4,1 juta ton), Indonesia (3,2 juta ton), Jepang (2,1 juta ton), Filipina (1,4 juta ton), Thailand (1,0 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, dan Selatan serta Oseania.

Sampai dengan akhir September 2021, total aset perusahaan tercatat sebesar US$1,5 miliar dengan total ekuitas sebesar US$1,3 miliar. Indo Tambangraya memiliki posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar US$510 juta dengan posisi total pinjaman bank sebesar US$40 juta.

Mulianto menjelaskan, dengan posisi keuangan yang semakin kukuh tersebut perusahaan mampu mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang tinggi. Indo Tambangraya telah mengumumkan pembagian dividen interim sebesar US$94,1 juta atau setara dengan 80% dari laba bersih semester pertama 2021.

Guna menjawab tantangan yang ditimbulkan oleh transformasi sektor energi di masa yang akan datang, Indo Tambangraya mempunyai rencana bisnis yang mencakup tiga bidang utama, yaitu bisnis pertambangan, perdagangan dan jasa, serta bisnis terbarukan dan lainnya. Pada bisnis pertambangan, Indo Tambangraya akan terus melakukan eksplorasi tambang yang dimiliki guna memastikan pertumbuhan cadangan organik. Selain itu, PT Graha Panca Karsa (GPK) direncanakan akan melakukan uji coba produksi di penghujung tahun 2021 dengan target 10.000 ton.

Di bidang perdagangan dan jasa, akan melakukan ekspansi pembelian batu bara yang bersumber dari pihak ketiga guna meningkatkan pendapatan dari perdagangan dan pencampuran batu bara. PT Energi Batubara Perkasa (EBP), anak perusahaan ITMG telah mengapalkan batu baranya yang pertama ke China pada tanggal 27 Agustus 2021 dari terminal batu bara Bontang dengan total volume sekitar 79.000 ton. Pengapalan perdana tersebut menandai kesiapan EBP untuk berperan dalam ekspansi perusahaan di bidang
perdagangan batu bara.

Dalam bisnis energi terbarukan dan bisnis lainnya, perusahaan sedang melakukan finalisasi dari perencanaan konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pelabuhan yang berada di gugus Melak. Indo Tambangraya juga akan mengaplikasikan berbagai solusi mining digital untuk operasi penambangan yang lebih efisien dan kontrol biaya yang lebih baik.

“Indo Tambangraya tetap bertekad melanjutkan upaya untuk mentransformasi diri menjadi perusahaan berbasis digital dalam operasi penambangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemantauan dan kendali biaya,” kata Mulianto.(RA)