JAKARTA – Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara sudah mencapai 18,65%. Realisasi tersebut diklaim sudah melebihi target enam bulanan sebesar 17,34%.

Yunus Saefulhak, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan bahwa laporan kemajuan fisik pembangunan fasilitas pemurnian Amman disusun PT Sucofindo.

“Kemajuan fisik kumulatif sampai dengan Juli 2019 adalah 18,655% (107,59% dari rencana). Progress sampai dengan Juli 2019,” kata Yunus di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sejauh ini beberapa kegiatan yang sudah dilakukan Amman antara lain, feasibility study, Analisis dampak dan lingkungan (Amdal) Front End Engineering Design (FEED), Ground Improvement, Proposal Procurement, dan FEED untuk Jetty. “Serapan biayanya US$242,96 juta,” kata Yunus.

Evaluasi pembangunan smelter dilakukan setiap enam bulan terhitung sejak diberikan rekomendasi izin ekspor konsentrat. Masa izin ekspor Amman berakhir pada Februari kemarin dan mendapat perpanjangan izin ekspor di Maret. Pada Agustus 2019 tim surveyor independen melakukan verifikasi kemajuan smelter tersebut.

Pembangunan smelter Amman dimulai sejak April 2017 lalu. Smelter tersebut dapat memproses konsentrat tembaga baik dari Tambang Batu Hijau, maupun suplai potensial dari Tambang Elang yang saat ini dalam tahap eksplorasi, dan sumber pemasok konsentrat lainnya.

Pada rencana awal Amman berencana untuk membangun smelter bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia dengan kapasitas 2 juta-2,6 juta ton konsentrat. Namun karena kerja sama itu sudah berakhir maka desain smelter kini hanya berkapasitas 1,3 juta ton dengan target penyelesaian pada tahun 2022.

“Kami akan awasi terus untuk memastikan tahun 2022 dapat beroperasi, secara regulasi base on Permen 25 Tahun 2018 bahwa setiap enam bulan progress kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian wajib diverifikasi oleh surveyor independen sesuai kurva S yang di targetkan,” kata Yunus.(RI)