JAKARTA – Harga minyak mentah dunia berpotensi terus menguat, jika terus bertahan di level US$70-an per barel. Penguatan harga minyak dalam dua hari terakhir didorong langkah Amerika Serikat yang meningkatkan tekanan kepada para sekutunya untuk memangkas impor minyak dari Iran mulai November mendatang.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh gangguan pasokan dari Libya dan Kanada yang menjadi alasan mengantarkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menembus US$70,8 per barel.

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan faktor risiko geopolitik saat ini akan memicu kekhawatiran mengenai gangguan pasokan, sehingga harga minyak berpotensi semakin menguat di jangka pendek.

“Dari aspek teknis saja, harga minyak mentah WTI tetap bullish di grafik harian dengan membidik US$72 selama bulls mampu mempertahankan level US$70 per barel,” kata Lukman, Kamis (28/6).

Pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, melonjak US$2,23 ke level US$72,76 per barel di New York Mercantile Exchange.

Untuk patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, naik US$1,31 menjadi US$77,62 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kenaikan harga minyak menyusul data resmi persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang menunjukkan penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Laporan mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (27/6) seperti dikutip Antara menyebut, stok minyak mentah AS turun 9,9 juta barel pekan lalu, menandai penurunan mingguan terbesar sepanjang tahun ini.

Stok bensin naik 1,2 juta barel selama seminggu dan stok distilat tidak berubah selama seminggu.

Total produksi minyak mentah domestik AS mencapai 10,9 juta barel per hari pekan lalu, tidak berubah dari minggu sebelumnya.(AT)