JAKARTA – Pembangunan pabarik pengolahan tembaga atau smelter yang baru milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur bakal digenjot yang melibatkan belasan ribu pekerja.

Tony Wenas, Direktur Utama PTFI, mengungkapkan manajemen masih optimistis target penyelesaian smelter tahun 2023 bisa tercapai dengan keterlibatan banyak pekerja.

Jika sudah rampung tahun depan maka ditargetkan pabrik smelter akan mulai bisa berproduksi secara optimal menjelang pertengahan tahun 2024.

“Target fisik 2022 bisa mencapai 50% dengan total biaya US$1,5 miliar. dan proyek ini akan selesai di Desember 2023. Selanjutnya akan dilakukan recommissioning dan commissioning untuk produksi emas batangan, perak batangan di bulan Mei 2024,” ujar Tony saat rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (12/9)..

Hingga kini tahap konstruksi sudah mencapai 10% dengan keterlibatan 5 ribu pekerja. Untuk mengejar target rampung pada tahun depan maka secara bertahap jumlah pekerja akan terus ditambah.

“Pekerjaan konstruksi sudah mencapai 10% dimana pekerja konstruksi sudah sekitar 5.000 orang di tahun 2023 akan bertambah manjadi 10 ribu orang total peack nya ada 15 ribu pekerja dimana hampir 100% adalah tenaga kerja Indonesia dan 50% dari lokal jawa timur,” kata Tony.

Smelter PTFI yang baru nanti direncanakan akan memiliki kapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) per tahun. Hingga Akhir Juli tercatat sudah terpasang 12 ribu tiang pancang dari total 16 ribu tiang pancang.

Dalam pembangunan smelter terdapat ekspansi kapasitas pada smelter eksisting sebesar 0,3 juta dmt/tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton/tahun. PTFI sendiri menyiapkan investasi pada belanja modal (capital expenditure) sebesar US$3 miliar untuk proyek pembangunan smelter tersebut.

“Kalau dari segi progress kemajuan sampai akhir juli 2022 dan ini sudah diverifikasi dari kemajuan fisik 36,2% dan serapan biaya sudah mencapai US$1,2 miliar dari total investasi diperkirkan US$3 miliar. dari 16 ribu tiang pancang yang direnckana ada 12 ribu yang sudah terpasang jadi sudah sekitar hampir 70% dari tiang pancang,” jelas Tony.

Menurut Tony, harus diakui memang ada kendala juga dalam merekrut tenaga lokal karena ada beberapa proyek besar di Jawa Timur. “Sehingga tenaga kerjanya banyak terserap ke tempat lain,” ungkap Tony. (RI)