JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan (Kemenko Marves) mendorong perusahaan untuk turut berkontribusi dalam mengedepankan aspek keberlanjutan (sustainability) sektor pertambangan.

Septian Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, menyampaikan bahwa Pemerintah sedang melakukan gap analysis antara regulasi yang ada dan standar IRMA.
“Kami ingin memastikan instrumen yang tepat untuk memperkuat implementasi ESG dari fase produksi hingga fase komersial untuk berbagai komoditas, termasuk batu bara, timah, dan nikel,” ujarnya, dalam diskusi industri bertajuk “Memperkenalkan IRMA kepada Perusahaan Pertambangan Indonesia”, Selasa(6/9/2022. Forum yang dipimpin oleh Kemenko Marves bersama Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) dan perusahaan pertambangan global asal Perancis Eramet, beserta perwakilan dari industri dan organisasi masyarakat sipil ini diselenggarakan dalam upaya memperkuat prinsip-prinsip Lingkungan (Environment), Sosial (Social), dan Tata Kelola (Governance) atau ESG dalam operasi pertambangan Indonesia.

Irwandy Arif, Staf Khusus dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengungkapkan investor akan mulai lebih mempertimbangkan elemen ESG dalam evaluasi potensi investasi.

Bruno Faour, Direktur Eramet Indonesia, menekankan bahwa Eramet berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan keberlanjutan. “Kami berharap forum ini dapat mendorong industri untuk menuju praktik pertambangan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Dalam forum tersebut, Eramet juga berbagi perspektif mengenai persiapan audit operasi global perusahaan terhadap Standar IRMA, termasuk di Kaledonia Baru dan tambang nikelnya di Weda Bay Industrial Park, Maluku Utara. Eramet juga merencanakan audit IRMA untuk proyek eksplorasi dan operasi pertambangannya di masa depan.

Kristi Disney Bruckner, Senior Policy Advisor IRMA, menjelaskan bahwa IRMA memberikan verifikasi dan penilaian independen dari pihak ketiga terhadap standar pertambangan yang telah diakui dunia.
“Standar IRMA untuk Pertambangan yang Bertanggung Jawab mencakup semua produk tambang, kecuali bahan energi batubara termal dan uranium. Penilaian IRMA juga mencakup berbagai masalah lingkungan dan sosial,” ujarnya.

IRMA adalah koalisi multi stakeholder dengan lebih dari 50 anggota termasuk perusahaan pertambangan, perusahaan pembeli produk tambang, organisasi buruh, LSM, komunitas sekitar operasi, dan perusahaan di bidang investasi dan keuangan. Beberapa contoh anggota IRMA termasuk BMW Group, Ford Motor Company, General Motors Company, Microsoft Corporation, Ørsted, Tesla, Tiffany & Co, dan lain-lain.

IRMA berkomitmen untuk mengaudit operasi tambang secara terbuka, melibatkan berbagai stakeholder dalam proses evaluasi, dan menghasilkan laporan audit terperinci yang dapat digunakan perusahaan untuk saling berbagi praktik yang baik dan dan memperbaiki praktik yang masih kurang.

Eramet mentransformasi sumber daya mineral untuk memberikan solusi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab (sustainable and responsible) untuk mendukung pertumbuhan industri dan transisi energi.

Eramet berkomitmen untuk melakukan pendekatan sipil dan berkontribusi aktif di negara dan wilayah operasinya.
Dengan produksi mangan, nikel, pasir mineral, litium, dan kobalt, Eramet turut serta dalam mengembangkan logam dan mineral yang penting untuk pembangunan berkelanjutan.

Dalam kemitraannya dengan berbagai industri, Grup Eramet berkontribusi untuk membangun infrastruktur dan konstruksi yang kuat dan tahan lama, mobilitas yang lebih efisien, alat kesehatan yang lebih aman, dan perangkat telekomunikasi yang lebih efisien.

Sebagai komitmen terhadap industri logam, Eramet memiliki target untuk menjadi referensi transformasi sumber daya mineral yang bertanggung jawab dan berwawasan ESG.(RA)