JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menyatakan salah satu dampak yang terjadi dari adanya larangan ekspor batubara adalah penundaan pengiriman terhadap pelanggan-pelanggan luar negeri.

Yulius Gozali, Direktur Komunikasi Korporat & Hubungan Investor Indo Tambangraya,  mengatakan pihaknya terus berkomunikasi secara aktif kepada pelanggan yang terdampak untuk menjelaskan situasi dan perkembangannya.

“Selain itu, kami sedang memantau dampak kebijakan larangan ekspor ini terhadap kinerja perusahaan,” kata Yulius, kepada Dunia Energi, Kamis (13/1).

Yulius menekankan, sebagai mitra pemerintah dalam menjaga dan mengelola ketahanan energi dalam negeri, Indo Tambangraya akan mematuhi segala keputusan pemerintah.

Ia menjelaskan, pada 2021 Indo Tambangraya telah menyalurkan penjualan langsung kepada PT PLN (Persero) dan Independent Power Producer (IPP) melebihi kontrak yang diharuskan. Indo Tambangraya  secara grup telah memenuhi kebutuhan Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 29%, melebihi yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar 25%.

“Bahkan, untuk bulan Januari 2022,  Indo Tambangraya telah melakukan percepatan pengiriman batu bara sebanyak 118 ribu ton untuk DMO ke PLN guna mendukung ketahanan energi dalam negeri serta turut membantu pengadaan tongkang untuk mengangkut batu bara dari tambang pihak ketiga di Kalimantan Timur ke pembangkit PLN di Jawa pada saat PLN kesulitan mendapatkan armada tongkang,” ungkap Yulius.

Ia menambahkan, sampai dengan sembilan bulan pertama tahun 2021, Indo Tambangraya telah menjual sebanyak 21% untuk pasar domestik dan 79% untuk pasar internasional.

Pasar domestik ditujukan ke PLN, IPP, pabrik semen, dan smelter. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021, Perusahaan telah menjual 14,8 juta ton batubara yang meliputi Tiongkok (4,1 juta ton), Indonesia (3,2 juta ton), Jepang (2,1 juta ton), Filipina (1,4 juta ton), Thailand (1,0 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, dan Selatan serta Oseania.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, Indo Tambangraya mencatat perolehan rata-rata harga batu bara sebesar US$89,0 per ton, naik 65% dari US$53,8 per ton secara tahunan dengan total volume penjualan 14,8 juta ton.

Penjualan bersih tercatat sebesar US$1,32 miliar pada sembilan bulan pertama 2021, sedangkan marjin laba kotor naik 24% menjadi 40%.

EBITDA tercatat sebesar US$514 juta pada sembilan bulan pertama 2021, naik 309% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Laba bersih naik signifikan sebesar 603% dari US$39 juta pada sembilan bulan pertama 2020 menjadi US$271 juta pada periode yang sama 2021. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar US$0,25 per saham.

Hingga akhir September 2021, total aset perusahaan tercatat sebesar US$1,5 miliar dengan total ekuitas sebesar US$1,3 miliar. Indo Tambangraya memiliki posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar US$510 juta dengan posisi total pinjaman bank sebesar US$40 juta.

“Tentunya karena 2022 baru berjalan, kami belum dapat memberikan evaluasi mengenai kinerja perusahaan untuk sementara ini,” kata Yulius.(RA)