Samindo proyeksikan belanja modal tahun ini US$ 17,5 juta, mayoritas untuk pembelian dump truck. (foto: dudi rahman/dunia-energi)

JAKARTA– PT Samindo Resources Tbk (MYOH), perusahaan penyedia jasa pertambangan batu bara terintegrasi di Indonesia, mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang 2018. Hal itu dibuktikan dari moncernya pendapatan dan profitabilitas perseroan dibandingkan periode sama 2017 didorong efisiensi.

Ahmad Zaki Natsir, Head of Investor Relations Samindo Resources, mengatakan pada 2018 Samindo membukukan pendapatan sebesar US$ 241,1 juta, naik 28,2% dibandingkan 2017 sebesar US$ 188,07 juta. Sementara itu beban pokok penjualan sebesar US$ 190 juta, naik dari 2017 sebesar US$ 160 juta.

Laba kotor perusahaan naik 83,2% menjadi US$ 50,2 juta. Sedangkan laba operasi meroket 131,2% menjadi US$ 41,44 juta dari US$ 17,97 juta. Adapun laba sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi sebsar US$ 55,52 juta atau 68,6% lebih tinggi dibandingkan 2017 yang tercatat US$ 32,87 juta.

“Total laba bersih kami pada 2018 mencapai US$ 30,93 juta atau naik 151,3% dibandingkan realiasi 2017 yang tercatat US$ 12,3 juta,” ujar Zaki di Jakarta, Rabu (20/3).

Sumber: PT Samindo Resources, Rabu (20/3)

PT SIMS Jaya Kaltim, anak usaha Samindo di sektor pemindahan batuan penutup (overburden removal) dan produksi batubara (coal getting) memberi kontribusi 70% terhadap laba bersih induk usaha. Sisa 30% berasal dari PT Transindo Murni Perkasa dan PT Samindo Utama Kaltim serta PT Mintec Abadi. Ini adalah anak usaha Samindo yang bergerak di bisnis pengangkutan batubara (coal hauling) dan pemetaan geologi dan pemboran (geological mapping and drilling).

Menurut Zaki, dari sisi profitabilitas, seluruh komponen mencatat kenaikan positif. Pendorong utama kenaikan profitabilita adalah kampanye efisiensi yang digalakkan sejak awal 2018. Manajemen mendorong agar seluruh aktivitas, terutama operasional, dapat dilakukan secara efektif. “Ini dimaksudkan agar biaya biaya-biaya yang muncuk akibat dari inefisiensi dapat ditekan,” ujarnya.

Menurut dia, Samindo secara berkala terus berusaha meningkatkan kapabilitas dan profesionalitas karyawan. Berbagai pelatihan dan sertifikasi dilakukan setiap tahunnya. Hal tersebut dinilai berdampak positif terhadap hasil kerja. “Dari sisi biaya nonoperasional, perseroan juga melakukan beberapa efisiensi. Beban umum dan administrasi tercatat turun 8,9%,” ujarnya.

Ahmad Saleh, Direktur Independen Samindo, menambahkan kinerja operasi produksi perusahaan sepanjang 2018 juga positif kendati peningkatan tidak terlalu besar. Untuk 2019, perseroan memproyeksikan pemindahan batuan penutup mencapai 58,1 juta ton, naik dari realisasi tahun lalu 54,6 juta ton. “Produksi dan pengangkutan batubara, tahun ini diproyeksikan sama seperti tahun lalu, yaitu 10 juta ton dan 29 juta ton,” ujarnya.

Saleh menyebutkan, tambang yang dikelola PT Kideco Jaya Agung, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), memberi kontribusi terbesar terhadap kegiatan pemindahan batuan penutuup maupun produksi batubara. Sisanya berasal dari tambang PT Gunung Bayan Pratama Coal, anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN). “Kontrak dengan Kideco masih empat tahun lagi sedangkan kontrak dengan Bayan akan berakhir Desember 2019,” ujar Saleh.

Zaki menambahkan, untuk mencapai target operasi produksi tahun ini, Samindo mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar US$ 17,7 juta, sebesar US$ 14,5 juta di antaranya untuk pembelian 10 dump truck. Sisa US$3,2 juta untuk pembelian truck head dan vessel. “Sumber dana untuk belanja modal berasal dari kas internal,” kata Zaki. (DR)