JAKARTA – Pemanfaatan tenaga nuklir dinilai tidak akan berubah signifikan selama edukasi kepada masyarakat masih minim. Inilah yang harus menjadi fokus Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), sehingga masyarakat bisa menerima pengembangan tenaga nuklir.

Muhammad Nasir, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, mengatakan sampai sekarang isu nuklir masih menjadi ketakutan di masyarakat, sehingga pemanfaatannya untuk energi utamanya ketenagalistrikan jauh dari optimal.

Dalam rencana Dewan Energi Nasional (DEN) saja tenaga nuklir hanya menjadi opsi terakhir yang dikembangkan untuk energi. Ini membuat minat untuk mengembangkan tenaga nuklir masih minim

“Nuklir adalah alternatif terakhir sehingga kita tidak mampu mengembangkan nuklir. Kalau nuklir dianggap sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT), bisa jadi lebih baik,” kata Nasir usai menyaksikan penandatanganan pengawasan pemandangan nuklir antara BAPETEN dan Polri di Jakarta, Selasa (30/4).

BAPETEN menurut Nasir harus menjalankan peran strategisnya untuk ikut memberikan edukasi kepada masyarakat, karena harus diakui pengetahuan akan pemanfaatan nuklir masih sangat kurang.

“Konsentrasi (BAPETEN) bukan penindakan, tapi edukasi terhadap risiko. Di negara modern, bukan lagi pidana tapi edukasi ke masyarakat yang sangat mereka utamakan,” ujarnya.

Saat ini di Indonesia baru ada tiga reaktor nuklir untuk keperluan energi yang dibangun dan dikembangkan hanya untuk tujuan riset dan ilmu pengetahuan. Itu pun sebenarnya sudah diawasi dengan sangat ketat oleh BAPETEN. Ketiga reaktor berada di Serpong, Bandung dan Yogyakarta. Dengan kapasitas masing-masing 15 megawatt (MW) di Serpong, kemudian 2 MW di Bandung dan Yogyakarta 100 kilowatt (KW).

Menurut Nasir, Kementerian Ristekdikti sebenarnya terus mendorong agar nuklir lebih diprioritaskan, namun tantangannya adalah membuat masyarakat mengerti tentang penggunaan nuklir yang baik.

“Masyarakat masih takut karena tidak tahu. Untuk itu harus diedukasi,” kata Nasir.

Jazi Eko Istiyanto, Kepala BAPETEN, mengatakan ada tiga fokus utama yang menjadi pengawasan tenaga nuklir dilakukan oleh BAPETEN yakni safety, security dan safeguard.

Ia menyatakan, edukasi terhadap pemanfaatan nuklir memang sangat penting. Masyarakat seharusnya tidak khawatir dengan penggunaan nuklir karena sistem pengawasan penggunaan nuklir terlebih untuk energi sangat ketat. Dalam pengawasan reaktor di Serpong sudah dikurangi kapasitas risetnya. Kemudian ada berbagai sistem dan teknologi yang dipasang di sekitar reaktor untuk mengantisipasi kejadian tidak diinginkan.

“Tiga reaktor sudah dipasang detektor radiasi nuklir, sehingga kalau ada peningkatan radiasi BAPETEN akan tahu. Dengan bantuan BATAN reaktor di Serpong bisa dimonitor, sehingga kita bisa tahu real time, bahkan masyarakat internasional bisa awasi,” kata Jazi.(RI)