JAKARTA – PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk di sektor hulu minyak dan gas, memproyeksikan kinerja produksi pada 2019 turun. Berakhirnya kontrak dua blok yang dikelola Saka menjadikan penyebab utama penurunan kinerja operasi.

Saka sebelumnya memiliki hak paritispasi di dua blok migas yang produksinya cukup besar, yakni Blok Southeast Sumatra (SES) dan Sanga-Sanga. Saka di SES memiliki partisipasi sebesar 8,91% dan di Sanga Sanga memiliki hak paritisipasi sebesar 26,25%.

“Tahun depan sekitar 50 ribu barel ekuivalen per hari, turun dari tahun ini sekitar 52 ribu. Kan sudah dibalikin bloknya,” kata Tumbur Parlindungan, Direktur Utama Saka Energi di Jakarta, Senin (3/12).

Gas masih mendominasi produksi Saka Energi yaitu sebesar 75%. Sisanya 25% merupakan produksi minyak.

Menurut Tumbur, Saka berencana melakukan dua pengeboran sumur pengembangan di Blok Pangkah. “Untuk yang kami operatori sendiri itu dua sumur di Pangkah. Sisanya juga pasti ada development, tapi saya tidak hafal jumlahnya,” ungkap dia.

Selain tiga sumur eksplorasi, dalam upaya menemukan cadangan Saka juga siap membor di dua blok, yaitu di Pangkah dan Blok Wokam II. Masing masing di  Pangkah sebanyak dua sumur eksplorasi dan satu sumur eksplorasi di Wokam.

Tidak hanya di dalam negeri, kegiatan juga tetap dilakukan dengan masif dengan adanya rencana pengeboran 10 sumur eksplorasi di Blok Fasken. Saka memiliki hak partisipasi di Fasken sebesar 36% melalui Saka Energi Fasken LLC dan sisanya 64% dimiliki SilverBow Resources.(RI)