JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis masih terdapat cadangan minyak yang tertinggal dalam reservoir di tanah air yang jumlahnya cukup besar dan belum diproduksikan.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM, menyatakan belum semua cadangan di reservoir diproduksikan. Menurutnya jumlah cadangan minyak yang tersisa bahkan jumlahnya bisa mencapai 40 miliar barel.

Cadangan yang tertinggal itu bisa dimonetisasi hanya dengan metode pengurasan minyak atau Enhanced Oil Recovery (EOR). “Secara nasional, masih terdapat sekitar 60% dari isi awal minyak di tempat atau setara 40 miliar barel minyak masih tertinggal dalam reservoir setelah pengurasan primer dan sekunder. Jumlah ini merupakan target potensial implementasi teknologi EOR. Jika 10% saja dari target EOR tersebut dapat kita ambil, maka akan sangat berarti bagi upaya peningkatan produksi minyak nasional,” jelas Tutuka, Kamis (19/5).

EOR kata Tutuka bukanlah metode baru yang diterapkan di tanah air.Indonesia mengalami dua kali peak production minyak yaitu tahun 1977 dan 1995. Khusus untuk peak production tahun 1995, menjadi catatan khusus lantaran merupakan hasil implementasi pengurasan tahap lanjut dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).

“Kita punya success story implementasi teknologi EOR yang menjadi rujukan industri migas global yaitu impelementasi teknologi EOR steamflood di Lapangan Duri di mana EOR Steamflood Duri adalah contoh ideal bagaimana sebuah proyek EOR dikelola,” ungkap Tutuka.

Kala itu implementasi EOR steamflood Duri dilakukan segera setelah puncak produksi primary recovery dicapai dengan recovery factor hanya sekitar 7%. Setelah fase persiapan, kemudian dilanjutkan dengan EOR steamflood pilot huff & puff. “Pembelajaran dari keberhasilan pilot huff & puff, kemudian menjadi modal dalam implementasi EOR steamflood skala lapangan yang dimulai tahun 1985 pada Area 1,” ujar Tutuka.

Peak production EOR steamflood Duri dicapai 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 1995 dengan produksi mendekati 300 ribu barel per hari (BPH) meningkat sekitar 600% dibandingkan produksi di awal proyek. Saat ini, pengembangan EOR steamflood Duri sudah mencapai Area 13. Recovery factor mencapai di atas 70% dengan kumulatif produksi sekitar 3 miliar barel minyak.

Program surveillance yang dilakukan selama proyek berjalan menjadi kunci keberhasilan pengembangan EOR steamflood Duri hingga saat ini yang tetap perform dalam situasi harga minyak yang fluktuatif. “Produksi minyak dari EOR steamflood Duri masih menjadi andalan produksi minyak nasional kita saat ini,” tegas Tutuka.

Tutuka berharap kisah sukses EOR di Lapangan Duri dapat menjadi pembelajaran bagi dunia migas Indonesia. Meski keberhasilan EOR steamflood Duri tidak terlepas dari volume oil in place yang demikian besar serta tidak dimiliki lapangan-lapangan minyak lainnya, namun yang perlu digarisbawahi dari kesuksesan ini adalah dibutuhkan konsistensi dalam menyiapkan sebuah proyek EOR dari fase ke fase, mulai dari persiapan dengan studi dan lab, pilot, full field implementation secara bertahap dibarengi dengan program surveillance untuk terus melakukan efisiensi dan continues improvement agar bisa terus perform dalam situasi naik turunnya harga minyak.

Walaupun sejauh ini belum ada lagi implementasi EOR skala full field, namun sudah cukup banyak kegiatan-kegiatan implementasi EOR yang dilakukan pada skala pilot di lapangan dan skala laboratorium. Berbagai implementasi skala sumuran dan antarsumur telah dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di sejumlah lapangan minyak dan memberikan indikasi kenaikan produksi. Sejumlah metode EOR yang telah terbukti berhasil pada skala laboratorium juga banyak ditawarkan oleh para technology provider.

Pemerintah menggelar festival EOR 2022 sebagai sarana untuk menggairahkan kegiatan EOR serta sarana berbagi pengalaman para kontraktor dalam mengimplementasikan EOR.

Kegiatan ini juga dapat menjadi ajang konsolidasi kegiatan-kegaitan EOR yang telah dilakukan dan mendapatkan terobosan-terobosan baru dalam aspek teknis dan komersial untuk mendorong implementasi teknologi EOR secara massif dalam berbagai skala.

Setyorini Tri Hutami, Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar Pengujian Migas LEMIGAS yang juga Sesditjen Migas menyatakan maksud penyelenggaraan Festival EOR 2022 adalah mendorong percepatan implementasi teknologi EOR secara masif dalam rangka peningkatan cadangan dan produksi minyak nasional.

Tujuannya adalah memberikan apresiasi atas upaya-upaya implementasi EOR yang telah dilakukan oleh KKKS dan technology provider, sekaligus ajang sharing best practices dan lessons learned bagi para stakeholders dalam pengembangan dan implementasi teknologi EOR.

Kategori award yang diberikan dalam Festival EOR 2022 ini terdiri atas EOR Achievement Award (atau Field EOR Award) dan EOR Innovation Award (Lab EOR Award).

“Peserta festival terbuka untuk seluruh KKKS yang beroperasi pada wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia dan technology provider bisa perusahaan ataupun lembaga lain yang melakukan riset atau kegiatan EOR yang menyediakan teknologi EOR untuk aplikasi di lapangan-lapangan minyak Indonesia,” ungkap Setyorini.

Dalam proses seleksi, Dewan Juri bersifat independen dan jika dimungkinkan akan dilakukan evaluasi dan kunjungan lapangan. Seleksi akan dilakukan sampai dengan pertengahan Agustus 2022.

“Kami mengundang seluruh KKKS dan technology provider yang telah melakukan upaya-upaya implementasi teknologi EOR untuk berpartisipasi dalam event ini. Sharing keberhasilan implementasi teknologi EOR pada berbagai skala yang telah dilakukan akan memberikan semangat melakukan EOR dalam upaya meningkatkan produksi minyak nasional,” kata Setyorini. (RI)